TEMPO Interaktif, Gaza - Kelompok hak asasi manusia Amnesty International mengatakan dalam sebuah laporan yang dipublikasikan Selasa (27/10), bahwa Israel telah bertindak diskriminatif dengan membatasi akses kebutuhan air bagi warga Palestina diwilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza yang dikuasai Israel.
Laporan itu mengatakan jatah air yang diberikan kepada warga Israel empat kali lebih besar daripada jatah air yang diberikan kepada warga Palestina.
"Air adalah kebutuhan pokok manusia, yang dilindungi hak asasinya untuk mendapatkannya, tetapi banyak warga Palestina yang kekurangan diwilayah tersebut. Air telah menjadi barang mahal bagi mereka," ujar Donatella Rovera dari Amnesty International.
Jurubicara Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menolak tuduhan Amnesty ini dengan mengatakan membatasi jatah air bagi warga Palestian merupakan tidakan yang tak rasional.
Israel mengatakan bahwa mereka terikat dalam perjanjian Oslo 1993 yang mewajibkan Israel untuk berbagi kebutuhan air dengan warga Palestina, malah Israel menuduh justru orang Palestina yang telah melanggar perjanjian tersebut dengan 'boros' air dan tidak mau melakukan daur ulang pemanfaatan air.
"Israel telah menyuplai lebih dari 20,8 juta liter kubik air kepada warga Palestina dan telah melebihi dari batas yang diwajibkan dalam perjanjian Oslo," ujar Mark Regev, jurubicara Netanyahu.
Israel sendiri menghadapi kebutuhan air yang tidak bisa diprediksi dan kenaikan tarif air, mengontrol sebagian besar sumber air dan stok air untuk wilayah tersebut. Israel menyuplai kebutuhan air bagi warga Palestina sesuai dengan Perjanjian Oslo, yang dikritik oleh kalangan penggiat hak asasi manusia, sudah tidak sesuai lagi dengan laju pertambahan penduduk Palestina diwilayah itu.
Laporan itu juga mengatakan, teluk Gaza, satu-satunya sumber air segar untuk wilayah itu, kini telah semakin terpolusi oleh sampah, limbah kotos dan polutan yang berasal dari lalu lalang kapal-kapal perang Israel yang memblokade wilayah tersebut.
Israel terus-menerus memblokade jalur Gaza yang dikuasai Hamas, sehingga warga Palestina sangat tergantung pada stok air yang disediakan Israel.
Otoritas air Israel mengatakan laporan Amnesty itu bias dan tidak benar, adanya gap suplai air bagi warga diwilayah itu, menurut mereka tidak benar.
Laporan Amnesty menemukan konsumsi air warga Israel rata-rata 300 liter per hari per orang, sedangkan suplai air bagi warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat hanya diberi sekitar 70 liter per hari per orang.
Laporan ini ditolak otoritas air Israel karena angka itu merupakan angka konsumsi, bukan angka distribusi. Menurut otoritas air Israel, mereka mendistribusikan kebutuhan air sekitar 408 liter per hari per orang bagi warga Israel dan 287 liter per hari per orang bagi warga Palestina.
Laporan Amnesty juga mengemukakan karena kekurangan air ini, para warga Palestina mencoba mencari alternatif sumber air lain dengan mendatangkan melalui truk-truk tangki dari wilayah perbatasan dengan Mesir, namun juga sering dihentikan oleh militer Israel ketika memasuki pintu-pintu pemeriksaan keamanan.
Kesulitan air ini, telah meningkatkan harga air semakin mahal diwilayah-wilayah yang didiami warga Palestina.
REUTERS l WAHYUANA