TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat presiden AS dari Partai Republik Donald Trump telah bersumpah untuk menyelidiki atau menuntut saingan politiknya, para petugas pemilu, dan tokoh-tokoh sayap kiri Amerika jika ia menjadi presiden lagi.
Trump bersumpah untuk menyelidiki pihak-pihak yang menurutnya tanpa bukti melakukan kecurangan demi memenangkan pesaingnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, pada pemilu 5 November. Trump mengatakan bahwa dia adalah korban kecurangan yang meluas dalam pemilihan presiden 2020, meskipun pengadilan, pemerintah negara bagian, dan anggota pemerintahannya sendiri menolak klaimnya.
Harris mengatakan bahwa, jika terpilih, Trump akan mengupayakan kekuasaan yang ekstrem dan tidak terkendali.
“Musuh dalam Selimut”
Ketika ditanya di Fox News awal bulan ini apakah ia memperkirakan akan terjadi kekacauan pada Hari Pemilu, Trump menjawab bahwa masalah yang lebih besar adalah "musuh dalam selimut."
"Kami memiliki beberapa orang yang sakit, orang gila kiri radikal... dan itu seharusnya bisa ditangani dengan mudah, jika perlu, oleh Garda Nasional, atau jika benar-benar diperlukan, oleh militer."
Trump, tentu saja, tidak akan memiliki kekuatan untuk memerintah militer pada Hari Pemilu. Namun, komentarnya membuat para kritikus khawatir, yang mengatakan bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memandang angkatan bersenjata sebagai senjata potensial untuk melawan lawan-lawannya jika ia kembali ke Gedung Putih.
Trump mengulangi istilah "musuh dalam selimut" selama wawancara dengan podcaster populer Joe Rogan minggu lalu, dengan mengatakan bahwa mereka lebih mengkhawatirkan daripada Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara yang bersenjata nuklir.
Musuh-musuh Politik
Trump menyerukan penyelidikan terhadap Harris, Presiden Joe Biden, mantan Presiden Barack Obama, dan Liz Cheney, mantan perwakilan AS yang merupakan salah satu anggota Partai Republik yang paling terkenal yang berbalik menentang Trump.
Pada rapat umum di Pennsylvania pada September, Trump mengatakan bahwa Wakil Presiden Harris bertanggung jawab atas "kisah kejahatan terbesar di zaman kita," mengacu pada penyeberangan perbatasan ilegal. "Dia harus dimakzulkan dan dituntut atas tindakannya," kata Trump.
Trump juga membagikan postingan di platform media sosial Truth yang menyerukan pengadilan militer untuk mengadili Cheney dan Obama.