TEMPO.CO, Jakarta - Sehari sebelum Hassan Nasrallah terbunuh, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada pemimpin dunia di PBB bahwa negaranya akan “terus melemahkan” kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon, hingga mereka mencapai tujuannya di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.
Israel dan Hizbullah telah saling tembak hampir setiap hari sejak 8 Oktober, ketika kelompok yang beraliansi dengan Iran itu menembakkan roket ke Israel dalam apa yang mereka katakan sebagai tindakan solidaritas terhadap warga Palestina yang diserang di Gaza. Sebagian besar dari pertukaran serangan tersebut telah dibatasi di wilayah sekitar perbatasan Israel-Lebanon.
Maka, setelah sumpahnya di depan pemimpin PBB diucapkan tanpa ada protes, berita kematian pemimpin Hizbullah tersebut begitu dinikmati Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia bahkan sudah merasa menang.
"Ini adalah hari-hari yang penting," kata Netanyahu, menyebut pembunuhan itu sebagai "titik balik" dalam perang. "Satu tahun kemudian, pukulan demi pukulan ... harapan mereka telah pupus. Israel memiliki momentum; kita menang," katanya.
Apa arti kematian Nasrallah bagi Netanyahu?
Netanyahu mendapat kepercayaan kembali dari rakyatnya
Banyak. Nasrallah adalah salah satu orang yang paling diinginkan kematiannya oleh rakyat Israel.
Bagi Israel, kematian pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah telah menjadi momen yang patut dirayakan, membangkitkan semangat bagi negara yang masih bergulat dengan trauma akibat serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober dan hampir satu tahun perang.
Kegembiraan rakyatnya berarti persetujuan atas tindakan Netanyahu. Jika sebelumnya Netanyahu disalahkan secara luas atas kegagalan keamanan serangan 7 Oktober, kali ini ia dipuji.
Terangkat oleh keberhasilan serangan terhadap Nasrallah dan pembunuhan beberapa minggu sebelumnya terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, ia telah memperkuat cengkeramannya pada koalisinya yang terkadang terpecah dengan membawa mantan sekutu yang berubah menjadi saingannya, Gideon Saar, ke dalam pemerintahannya, meningkatkan mayoritasnya menjadi 68 kursi yang nyaman di Knesset yang berkapasitas 120 kursi.
Sebuah survei yang diterbitkan pada hari Minggu oleh N12 News Israel menunjukkan tren yang terus berlanjut dari partai Likud Netanyahu yang perlahan-lahan pulih dalam jajak pendapat, meskipun masih kalah dalam pemilu. Ketika ditanya bagaimana mereka menilai perilaku Netanyahu dalam perang, 43% responden mengatakan 'baik', naik dari 35% pada jajak pendapat terakhir, 10 hari sebelumnya.
Warga Israel hancur oleh serangan 7 Oktober dan kredensial keamanan Netanyahu hancur. Kelompok militan Islamis Hamas Palestina mempermalukan militer terkuat di Timur Tengah, ketika intelijen Israel gagal memperingatkan akan adanya serangan yang akan segera terjadi dan pasukannya lamban dalam menangkalnya.