TEMPO.CO, Jakarta - Ketua serikat buruh di Israel Arnon Bar-David menyerukan dilakukan aksi mogok kerja selama satu hari pada Senin, 02 September 2024, sebagai bentuk tekanan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar membawa pulang sandera yang saat ini masih ditahan Hamas di Gaza. Ribuan warga Israel turun ke jalan sebagai bentuk protes agar sandera segera dibebaskan.
Bar-David adalah ketua serikat buruh Histadrut yang mewakili ratusan ribu pekerja, yang mendukung sektor manufaktur dan sektor kewirausahaan bidang teknologi tinggi di Negeri Bintang Daud. Serikat buruh Histadrut memiliki suara yang kuat dalam perekonomian Israel dan seruan mogok kerja pada Minggu, 1 September 2024, selama sehari menggambarkan tingginya kemarahan publik. Hamas menyandera sekitar 250 warga Israel dalam serangan 7 Oktober 2023.
“Kami harus mencapai sebuah kesepakatan untuk membawa pulang para sandera dengan selamat. Sebuah kesepakatan lebih penting dari apapun. Yang terjadi saat ini, para sandera dipulangkan dalam kantong jenazah,” kata Bar-David.
Dalam upaya untuk mencegah mogok kerja, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengirim surat kepada Jaksa Agung Gali Baharav-Miara memintanya agar memasukkan permohonan mendesak pada pengadilan buruh Israel supaya menolak aksi mogok kerja yang diserukan Ben-David. Sebab aksi mogok kerja ini bisa menciderai ekonomi Israel dan tidak ada dasar hukumnya karena ditujukan untuk memberikan pengaruh pada kebijakan pemerintah terkait permasalahan keamanan negara.
“Ada sejumlah permasalahan di sini, yang bukan menjadi permasalahan buruh namun aksi mogok kerja ini dilakukan oleh organisasi-organisasi pekerja. Tidak ada sangkut-pautnya,” kata Smotrich dalam suratnya ke Baharav-Miara.
Tel Aviv sebelumnya mengungkap telah ditemukan enam jenazah dari sebuah terowongan di selatan Gaza. Jenazah itu ditemukan dalam kondisi sudah meninggal saat tentara Israel tiba dilokasi.
Dampak dari ancaman mogok kerja ini, pada Senin, 02 September 2024, Bandara Ben Gurion mulai pukul 8 pagi akan ditutup. Layanan warga sipil di Tel Aviv juga hanya beroperasi setengah hari.
Asosiasi manufaktur Israel mendukung aksi mogok kerja ini dan menuduh Tel Aviv sudah gagal melakukan tugas moralnya untuk membawa pulang para sandera dalam keadaan hidup.
“Tanpa membawa pulang sandera dalam keadaan hidup, kami tidak akan mungkin menghentikan perang. Kami tidak akan bisa merehabilitasi diri kami sebagai masyarakat dan kami tidak akan mampu memulai rehabilitasi perekonomian Israel,” kata Kepala Asosiasi manufaktur Israel Ron Tomer.
Sumber: Reuters
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini