Kebijakan Platform tentang Konten Sensitif
Pavel Durov, CEO Telegram, telah membela pendekatan platform ini untuk tidak menghapus konten tertentu yang berhubungan dengan perang. Dia berpendapat bahwa konten seperti itu, meskipun sensitif, dapat menjadi saluran informasi yang penting. Durov membuat perbedaan antara "konten yang jelas-jelas berbahaya" yang dihapus dan "liputan yang berhubungan dengan perang," meskipun dia tidak secara jelas mendefinisikan batasan ini.
Akses Konten Berbasis Pengguna
Tidak seperti beberapa platform media sosial yang secara algoritmik mempromosikan konten, pengguna Telegram hanya melihat konten yang telah mereka langgani. Desain ini mengurangi kemungkinan paparan yang tidak disengaja terhadap konten yang mengejutkan dan membatasi potensi penguatan propaganda. Namun, ini juga berarti bahwa pengguna dapat dengan sengaja mengakses dan membagikan konten yang kontroversial atau ekstremis.
Peran Penyebaran Informasi
Selama peristiwa-peristiwa penting, Telegram telah menjadi titik acuan yang signifikan bagi media arus utama dan individu untuk berbagi berita. Sebagai contoh, Hamas menggunakan Telegram untuk memposting video grafis dan video yang belum diedit dari aksi mereka, menjadikan aplikasi ini sebagai sumber yang dikutip untuk penyebaran berita.
Penggunaan Kontroversial oleh Kelompok-kelompok tertentu
Telegram telah digunakan oleh berbagai kelompok untuk komunikasi di zona konflik seperti Ukraina dan Myanmar. Perannya sebagai platform untuk kelompok-kelompok yang dianggap teroris oleh beberapa negara, termasuk Hamas, telah didokumentasikan dengan baik. Hal ini telah menimbulkan kontroversi mengingat pendekatan platform yang relatif ringan terhadap moderasi konten.
Pertumbuhan Platform dan Dukungan Bahasa
Konten kontroversial di Telegram bertepatan dengan pertumbuhan pengguna yang signifikan di wilayah-wilayah seperti Israel dan Palestina. Durov mencatat masuknya pengguna baru dan menyebutkan adanya dukungan untuk bahasa Ibrani di antarmuka pengguna platform, yang menunjukkan jangkauan dan basis pengguna yang lebih luas.
Singkatnya, kebijakan Telegram dalam menampung konten Hamas dibentuk oleh pendiriannya terhadap kebebasan informasi, akses konten yang digerakkan oleh pengguna, dan perannya dalam penyebaran informasi selama konflik. Meskipun menghapus konten yang jelas-jelas berbahaya, platform ini mengizinkan konten tertentu yang berhubungan dengan perang sebagai sumber informasi.
Pilihan Editor: Tuduhan Mengerikan kepada CEO Telegram Pavel Durov: Pornografi Anak hingga Transaksi Narkoba