TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya tujuh warga Amerika Serikat terluka dalam serangan hari Senin di pangkalan militer AS di Irak, menurut seorang pejabat pertahanan AS.
“Pada 5 Agustus 2024, sekitar pukul 2 siang, dua roket menghantam Pangkalan Udara al-Assad di Irak. Lima personel militer AS dan dua kontraktor AS terluka dalam serangan itu,” kata pejabat itu dalam sebuah pernyataan.
Lima dari mereka yang terluka dirawat di pangkalan udara dan dua telah dievakuasi untuk perawatan lebih lanjut. Seluruh korban berada dalam kondisi stabil, menurut pejabat tersebut. “Penilaian pascaserangan masih berlangsung. Kami akan terus memberikan informasi terbaru saat tersedia.”
Kepala Pentagon Lloyd Austin mengaitkan serangan tersebut dilakukan oleh kelompok militan yang dekat dengan Iran. Ia mengatakan bahwa hal ini menandai eskalasi yang berbahaya dan menunjukkan peran Iran yang mengganggu stabilitas di kawasan tersebut.
Minggu lalu, militer AS melakukan serangan udara yang menargetkan kombatan di Irak yang berupaya meluncurkan sistem udara tak berawak serangan satu arah (OWAUAS). Serangan ini terjadi setelah milisi yang didukung Iran melanjutkan serbuan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah setelah jeda selama berbulan-bulan.
Berdasarkan serangan-serangan baru-baru ini, dinilai bahwa pesawat tanpa awak minggu lalu merupakan ancaman bagi AS dan Pasukan Koalisi. "Kami mempertahankan hak asasi untuk membela diri dan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan yang tepat," kata seorang pejabat pertahanan AS minggu lalu.
Pemerintah Irak berada di bawah tekanan untuk mencapai kesepakatan yang mengharuskan AS menarik pasukannya dari negara itu. Namun AS tetap menaruh pasukan dalam jumlah kecil di Irak.
Jenderal purnawirawan Joseph Votel, mantan komandan Komando Pusat AS (CENTCOM), sebelumnya mengatakan bahwa serangan di Irak dirancang untuk memberi tekanan pada pemerintah setempat.
AL ARABIYA
Pilihan editor: Houthi Janji Balas Kematian Ismail Haniyeh