TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina telah mengundurkan diri dan melarikan diri dari negara tersebut setelah berminggu-minggu protes terhadap pemerintahannya yang menewaskan ratusan orang.
Hasina, 76 tahun, berhenti dari jabatannya pada Senin, 5 Agustus 2024, setelah protes yang dipimpin oleh para mahasiswa pada bulan lalu yang menentang sistem kuota untuk pekerjaan di pemerintahan berubah menjadi seruan populer untuk pemecatannya - krisis politik terburuk yang pernah terjadi selama 15 tahun masa pemerintahannya.
Ketika puluhan ribu orang mengepung kantor-kantor pemerintahan dan tempat tinggal di ibu kota Dhaka, Hasina melarikan diri dengan menggunakan sebuah helikopter militer bersama saudara perempuannya. Ia telah mendarat di New Delhi, menurut laporan media India.
Dalam sebuah pidato di hadapan rakyatnya, Panglima Angkatan Darat Bangladesh, Jenderal Waker-Uz-Zaman, mengumumkan bahwa sebuah pemerintahan sementara akan menjalankan negara berpenduduk 170 juta jiwa ini, tanpa memberikan rinciannya.
Berikut adalah beberapa reaksi global terhadap penggulingan Hasina dan kerusuhan di negara tersebut:
Tarique Rahman, penjabat ketua oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh Rahman
Rahman yang tinggal di pengasingan di Inggris, mengatakan di X bahwa "pengunduran diri Hasina membuktikan kekuatan rakyat." "Bersama-sama, mari kita bangun kembali Bangladesh menjadi negara yang demokratis dan maju, di mana hak-hak dan kebebasan semua orang terlindungi," ia mendesak.
Kantor PM Inggris
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa pihaknya prihatin dengan kekerasan dan "korban jiwa yang signifikan, termasuk pelajar, anak-anak dan petugas penegak hukum", dan mengatakan bahwa hal tersebut "sama sekali tidak dapat diterima".
"Hak untuk melakukan protes damai harus dilindungi dan tidak boleh menggunakan kekerasan dan kami menyerukan kepada pihak berwenang untuk membebaskan semua pengunjuk rasa damai dan memastikan proses hukum yang adil bagi mereka yang didakwa dan diadili," tambah juru bicara Starmer.
Diaspora Bangladesh di Inggris
Di Whitechapel, sebuah kawasan di London yang menjadi rumah bagi komunitas Bangladesh, banyak yang turun ke jalan untuk merayakannya. Dengan melambaikan bendera kebangsaan mereka dan membunyikan klakson mobil, mereka meneriakkan yel-yel: "Bangladesh! Bangladesh!"
"Bangladesh telah mencapai kemerdekaannya yang kedua," kata Abu Sayem, 50 tahun. "Kami sebenarnya mendapatkan kemerdekaan pertama kali pada 1971, tetapi otokrat Sheikh Hasina memerintah negara ini secara paksa. Dia telah merampas hak-hak kami. Dia telah membunuh ribuan anak-anak."
Sopir taksi Ishtiaque Choudhury berkata: "Ini melegakan bagi kami dan saya bahagia untuk bangsa saya."