Ketegangan Meningkat
Meskipun Iran menyalahkan musuh bebuyutannya atas serangan tersebut, Israel menolak mengomentari kematian Haniyeh. Namun, mereka mengklaim pembunuhan Shukr, yang disalahkan atas serangan roket akhir pekan yang menewaskan 12 pemuda di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel.
Pembunuhan tersebut terjadi di tengah ketegangan regional yang sudah memanas akibat perang di Gaza, konflik yang melibatkan kelompok militan yang didukung Iran di Suriah, Lebanon, Irak, dan Yaman.
Salah satu kelompok tersebut, Houthi Yaman, “menyatakan tiga hari berkabung” untuk Haniyeh, dan pemimpin politik Mahdi al-Mashat menyatakan “belasungkawa kepada rakyat Palestina dan Hamas” atas pembunuhannya, menurut kantor berita kelompok tersebut, Saba.
Dewan Keamanan PBB juga mengadakan pertemuan darurat pada Rabu atas permintaan Iran untuk membahas serangan tersebut.
Hamas selama berbulan-bulan secara tidak langsung telah merundingkan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera dengan Israel, dalam pembicaraan yang difasilitasi oleh Mesir, Qatar dan Amerika Serikat.
Para analis mengatakan bahwa Haniyeh memiliki pengaruh yang moderat dalam kelompok tersebut, dan meskipun ia akan digantikan, dinamika di dalam Hamas dapat berubah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober yang memicu perang di Gaza.
Serangan itu mengakibatkan kematian 1.139 orang berdasarkan angka resmi Israel. Hamas juga menyandera 251 sandera, 111 di antaranya masih ditawan di Gaza, termasuk 39 orang yang menurut militer tewas, karena serangan udara Israel di Gaza.
Kekhawatiran tumbuh di kalangan warga Israel atas nasib mereka yang masih ditahan di Gaza.
Pembunuhan Haniyeh “adalah sebuah kesalahan karena mengancam kemungkinan terjadinya kesepakatan penyanderaan,” kata Anat Noy, seorang penduduk kota pesisir Haifa.
Serangan pembalasan Israel terhadap Hamas telah menewaskan sedikitnya 39.445 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut pada Kamis.
Khamenei, yang memegang keputusan akhir dalam urusan politik Iran, mengatakan setelah kematian Haniyeh bahwa “adalah tugas kita untuk membalas dendam atas darahnya saat dia menjadi martir di wilayah Republik Islam Iran.”
Iran belum secara resmi mempublikasikan informasi apa pun mengenai lokasi pasti serangan tersebut.
Pezeshkian mengatakan pada Rabu bahwa “Zionis (Israel) akan segera melihat konsekuensi dari tindakan pengecut dan teroris mereka.”
Komunitas internasional, bagaimanapun, menyerukan deeskalasi dan fokus pada pengamanan gencatan senjata di Gaza – yang menurut Haniyeh, menurut seorang pejabat Hamas sebelumnya, telah dihalangi oleh Israel.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan serangan di Teheran dan Beirut mewakili “eskalasi yang berbahaya.”
Semua upaya, katanya, harus “mengarah pada gencatan senjata” di Gaza dan pembebasan sandera yang disandera selama serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang memulai perang selama hampir 10 bulan.
Perdana menteri Qatar yang menjadi perantara utama gencatan senjata Gaza mengatakan pembunuhan Haniyeh telah membuat seluruh proses mediasi menjadi diragukan.
“Bagaimana mediasi bisa berhasil jika salah satu pihak membunuh negosiator pihak lain?” kata Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani dalam sebuah postingan di situs media sosial X.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Kamis meminta “semua pihak” di Timur Tengah untuk “menghentikan tindakan eskalasi.”
Sebelumnya dia mengatakan gencatan senjata di Gaza masih merupakan hal yang “sangat penting,” meskipun juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengakui pembunuhan ganda terhadap Haniyeh dan Shukr “tidak membantu” ketegangan regional.
Pilihan Editor: Upacara Pemakaman Ismail Haniyeh Berlangsung Khidmat di Teheran Iran
AL ARABIYA