Tanggapan PM Bangladesh Hasina
Pada hari Rabu, Hasina meminta para mahasiswa sabar dan menunggu keputusan Mahkamah Agung. Pada hari yang sama, Perdana Menteri Hasina juga mengumumkan penyelidikan yudisial untuk menyelidiki pembunuhan yang telah terjadi.
Pada hari Minggu, Hasina menyiratkan bahwa para pengunjuk rasa adalah "Razakar", istilah yang menyinggung bagi mereka yang bekerja sama dengan Pakistan selama perang tahun 1971. Perbandingan itu semakin memicu kemarahan dari para pengunjuk rasa.
Tanggapan Dunia Internasional
Pada hari Senin, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller mengkritik kekerasan terhadap pengunjuk rasa. “Kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai merupakan dasar penting bagi demokrasi yang berkembang, dan kami mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa yang damai,” kata Miller. Departemen Luar Negeri sejak saat itu menegaskan kembali keprihatinannya terhadap kekerasan di Bangladesh.
Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres telah menyerukan agar semua pihak menahan diri. "Kami menyerukan kepada otoritas Bangladesh untuk bekerja sama dengan penduduk mudanya, menemukan solusi untuk tantangan yang sedang berlangsung dan mengkatalisasi energi mereka menuju pertumbuhan dan pembangunan negara," ujar juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Pada hari Rabu, Amnesty International mengecam pihak berwenang di Bangladesh. “Pihak berwenang Bangladesh menggunakan kekerasan yang melanggar hukum terhadap mahasiswa yang berunjuk rasa dan gagal menjamin perlindungan mereka,” kata kelompok hak asasi manusia internasional tersebut.
“Amnesty International mengutuk keras pembunuhan mahasiswa Abu Sayed dan serangan terhadap pengunjuk rasa reformasi kuota di seluruh negeri,” kata Taqbir Huda, peneliti regional untuk Asia Selatan di Amnesty International.
AL JAZEERA
Pilihan editor: Orang Indonesia Dirikan Warkop di Swiss, Obati Rindu Kopi dari Tanah Air