Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ukraina Tolak Usulan Gencatan Senjata Terbaru Putin: Manipulatif dan Tidak Masuk Akal!

Reporter

image-gnews
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, 21 September 2023. REUTERS/Kevin Lamarque
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, 21 September 2023. REUTERS/Kevin Lamarque
Iklan

TEMPO.CO, JakartaUkraina menolak usulan gencatan senjata yang dilontarkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat. Kyiv menyebut usulan itu “manipulatif” dan “tidak masuk akal.”

Kementerian Luar Negeri Ukraina menyebut rencana Putin “manipulatif”, “tidak masuk akal” dan dirancang untuk “menyesatkan komunitas internasional, melemahkan upaya diplomatik yang bertujuan mencapai perdamaian yang adil, dan memecah kesatuan mayoritas dunia berdasarkan tujuan dan prinsip Piagam PBB.”

Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan di media sosial bahwa tidak ada hal baru dalam usulan Putin. Pemimpin Rusia tersebut, menurut dia, “hanya menyuarakan ‘standar agresor’, yang sudah sering terdengar.”

“Tidak ada hal baru dalam hal ini, tidak ada usulan perdamaian nyata dan tidak ada keinginan untuk mengakhiri perang. Namun ada keinginan untuk tidak membayar perang ini dan melanjutkannya dalam format baru. Itu semua palsu,” tulis Podolyak di X.

Putin berjanji “segera” memerintahkan gencatan senjata di Ukraina dan memulai negosiasi, jika Kyiv mulai menarik pasukan dari empat wilayah yang dianeksasi oleh Moskow pada 2022 dan membatalkan rencana untuk bergabung dengan NATO.

Putin mengatakan bahwa jika “ibu kota Kiev dan negara-negara Barat” menolak tawarannya, “itu adalah urusan mereka, tanggung jawab politik dan moral mereka untuk melanjutkan pertumpahan darah.”

Usulannya disampaikan dalam pidatonya di Kementerian Luar Negeri Rusia dan ditujukan pada apa yang disebutnya sebagai “resolusi akhir” konflik tersebut, bukan “membekukannya”, dan menekankan bahwa Kremlin “siap untuk memulai negosiasi tanpa penundaan.”

Tuntutan perdamaian yang lebih luas yang diajukan Putin mencakup pengakuan Ukraina atas Krimea sebagai bagian dari Rusia, mempertahankan status non-nuklir negara tersebut, membatasi kekuatan militernya, dan melindungi kepentingan penduduk berbahasa Rusia.

Semua ini harus menjadi bagian dari “perjanjian internasional yang mendasar,” dan semua sanksi Barat terhadap Rusia harus dicabut, kata Putin.

“Kami mendesak untuk membalik halaman sejarah yang tragis ini dan mulai memulihkan, selangkah demi selangkah, persatuan antara Rusia dan Ukraina dan Eropa secara umum,” katanya.

Pernyataan Putin, yang disampaikan kepada sekelompok pejabat Kementerian Luar Negeri, merupakan peristiwa langka. Sebab, ia secara jelas memaparkan syarat-syaratnya untuk mengakhiri perang di Ukraina, namun tidak mencakup tuntutan baru apa pun.

Kremlin telah mengatakan sebelumnya bahwa Kyiv harus mengakui perolehan teritorialnya dan membatalkan upayanya untuk bergabung dengan NATO.

Pernyataan Putin muncul ketika Swiss bersiap menjadi tuan rumah bagi sejumlah pemimpin dunia – namun tidak termasuk Moskow – pada akhir pekan ini untuk mencoba memetakan langkah pertama menuju perdamaian di Ukraina.

Pertemuan tersebut juga bertepatan dengan pertemuan para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) negara-negara industri terkemuka di Italia. Amerika Serikat dan Ukraina pada pekan ini juga menandatangani perjanjian keamanan 10 tahun yang dikecam oleh para pejabat Rusia, termasuk Putin, sebagai “batal demi hukum.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Putin mengecam konferensi Swiss tersebut sebagai “sekadar taktik untuk mengalihkan perhatian semua orang, membalikkan sebab dan akibat krisis Ukraina (dan) mengarahkan diskusi ke jalur yang salah.”

Selain ingin bergabung dengan NATO, Ukraina menuntut agar Rusia menarik pasukannya dari seluruh wilayahnya. Ini termasuk Semenanjung Krimea yang dianeksasi secara ilegal pada 2014, memulihkan integritas wilayahnya, meminta pertanggungjawaban Rusia atas kejahatan perang dan membayar ganti rugi kepada Kyiv.

Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022. Setelah pasukan Ukraina menggagalkan upaya Rusia ke ibu kota, sebagian besar pertempuran terfokus di selatan dan timur – dan Rusia secara ilegal mencaplok wilayah di timur dan selatan, meskipun tidak sepenuhnya mengendalikan salah satu dari mereka.

Menteri Pertahanan Amerika Lloyd Austin mengatakan di markas besar NATO di Brussels bahwa Putin “telah secara ilegal menduduki wilayah kedaulatan Ukraina. Dia tidak dalam posisi untuk mendikte Ukraina apa yang harus mereka lakukan untuk mewujudkan perdamaian.”

Austin menambahkan bahwa Putin “memulai perang ini tanpa provokasi. Dia bisa mengakhirinya hari ini jika dia memilih untuk melakukan hal itu.”

Putin bersikeras bahwa Kyiv harus menarik diri dari keempat wilayah yang dianeksasi dan pada dasarnya menyerahkan wilayah tersebut ke Moskow dalam batas administratif mereka.

Di Zaporizhzhia di tenggara, Rusia masih belum menguasai ibu kota administratif wilayah tersebut dengan populasi sebelum perang sekitar 700.000 jiwa. Sementara di wilayah tetangga Kherson, Moskow menarik diri dari kota terbesar dan ibu kota Kherson dengan nama yang sama pada November 2022.

Sepanjang perang, Kremlin telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk melakukan pembicaraan damai dengan Kyiv dan menyalahkan Barat karena melemahkan upaya mereka untuk mengakhiri konflik.

Putin mengklaim bahwa pasukannya tidak pernah bermaksud menyerbu ibu kota Ukraina, Kyiv, meskipun mereka mendekati kota tersebut.

“Intinya, itu tidak lain adalah operasi untuk memaksa rezim Ukraina melakukan perdamaian. Pasukan berada di sana untuk mendorong pihak Ukraina agar bernegosiasi, mencoba dan menemukan solusi yang dapat diterima,” katanya.

Moskow menarik diri dari Kyiv pada Maret 2022 dan menggambarkannya sebagai isyarat niat baik ketika perundingan damai antara keduanya dimulai. Namun penarikan diri tersebut terjadi di tengah perlawanan sengit Ukraina yang secara signifikan memperlambat kemajuan Rusia di medan perang.

Pilihan Editor: Putin Bersedia Gencatan Senjata dengan Ukraina, Asalkan Kyiv Tarik Pasukan dari 4 Wilayah

FRANCE24 | REUTERS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pertama dalam 5 Tahun, AS-Cina Gelar Perundingan Nuklir Informal

1 jam lalu

Ilustrasi peluncuran Trident II dari kapal selam. Rudal balistik Trident II 5D memiliki kecepatan 24 mach atau 29.020 km/jam dan mampu menjangkau sasaran sejauh 12.000 km. Trident II 5D menjadi senjata andalan kapal selam Amerika Serikat, kelas Ohio. Kelas Ohio membawa 24 rudal nuklir balistik Trident I C4 atau Trident II D5. deagel.com
Pertama dalam 5 Tahun, AS-Cina Gelar Perundingan Nuklir Informal

Amerika Serikat dan Cina melanjutkan perundingan senjata nuklir semi-resmi pada Maret untuk pertama kalinya dalam lima tahun.


Trump Janjikan Mahasiswa Asing yang Lulus dari Kampus AS akan Peroleh Green Card

2 jam lalu

Kandidat presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump. REUTERS/Brendan McDermid
Trump Janjikan Mahasiswa Asing yang Lulus dari Kampus AS akan Peroleh Green Card

Donald Trump mengatakan bahwa mahasiswa asing yang lulus dari perguruan tinggi AS harus mendapatkan green card untuk tinggal di negara itu


Cina Protes Penjualan Drone Militer AS ke Taiwan

3 jam lalu

Sebuah kapal perang Cina bernavigasi di lokasi yang dirahasiakan di sekitar perairan Taiwan, 23 Mei 2024. Taiwan Defence Ministry/Handout via REUTERS
Cina Protes Penjualan Drone Militer AS ke Taiwan

Pemerintah Cina memprotes penjualan drone militer dari Amerika Serikat ke Taiwan.


Parlemen Filipina akan Selidiki Operasi Propaganda Anti-vaksin Cina oleh Pentagon

3 jam lalu

Petugas kesehatan menyandikan informasi dan menyiapkan vaksin melawan virus corona (COVID-19) di lokasi vaksinasi keliling di Taguig, Metro Manila, Filipina, 21 Mei 2021. REUTERS/Lisa Marie David
Parlemen Filipina akan Selidiki Operasi Propaganda Anti-vaksin Cina oleh Pentagon

Pentagon menjalankan kampanye propaganda pada 2020- 2021 untuk merendahkan vaksin Sinovac dari Cina di Filipina dan negara lain


Putin Sebut Rusia Mungkin Akan Kirimkan Senjata ke Korea Utara

4 jam lalu

Putin Sebut Rusia Mungkin Akan Kirimkan Senjata ke Korea Utara

Komentar Putin muncul setelah Korea Selatan mengatakan akan mempertimbangkan pasokan senjata ke Ukraina.


Moskow Dilanda Wabah Botulisme 121 Orang Dirawat, Apa Penyebab dan Gejala Penyakit Ini?

5 jam lalu

Orang-orang berjalan melintasi Lapangan Merah dekat Katedral St. Basil dan Menara Spasskaya Kremlin di Moskow tengah, Rusia. REUTERS/Evgenia Novozhenina
Moskow Dilanda Wabah Botulisme 121 Orang Dirawat, Apa Penyebab dan Gejala Penyakit Ini?

Ibu Kota Rusia Moskow dilanda wabah Botulisme, menyebabkan 121 orang perlu perawatan medis. Apa penyebab dan pencegahan Botulisme?


Warga Negara Ganda Rusia-AS Diadili atas Dugaan Menyumbang Dana untuk Tentara Ukraina

16 jam lalu

ilustrasi penjara
Warga Negara Ganda Rusia-AS Diadili atas Dugaan Menyumbang Dana untuk Tentara Ukraina

Ksenia Karelina, warga negara ganda Rusia-AS, diadili di Rusia atas tuduhan mengirimkan uang untuk tentara Ukraina melalui organisasi nirlaba di New York.


Dewan Eropa: Warga Ukraina Diperlakukan Lebih Baik Daripada Pengungsi Perang Lainnya

19 jam lalu

Pengungsi asal Mariupol unjuk rasa menentang referendum di wilayah yang diduduki Rusia di Kyiv, Ukraina 24 September 2022. REUTERS/Valentyn Ogirenko
Dewan Eropa: Warga Ukraina Diperlakukan Lebih Baik Daripada Pengungsi Perang Lainnya

Komisi antirasisme Dewan Eropa menyerukan negara Eropa memperlakukan sama antar sesama pengungsi perang, bukan mengistimewakan warga Ukraina saja.


Vladimir Putin Memuji Vietnam yang Dinilai Pragmatis soal Perang Ukraina

20 jam lalu

Sekjen Partai Komunis Vietnam, Nguyen Phu Trong, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan) bertemu di Resor Laut Hitam Sochi pada 6 September 2018. Vietnam News
Vladimir Putin Memuji Vietnam yang Dinilai Pragmatis soal Perang Ukraina

Vladimir Putin memuji Vietnam atas sikapnya terhadap perang Ukraina karena menerapkan kebijakan luar negeri netral


Putin dan Kim Jong Un Janji Saling Bantu Jika Rusia atau Korea Utara Diserang

1 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un selama kunjungannya ke Pyongyang, Korea Utara, 19 Juni 2024. KCNA via REUTERS
Putin dan Kim Jong Un Janji Saling Bantu Jika Rusia atau Korea Utara Diserang

Kedekatan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membuat khawatir Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.