TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lin Jian mengkonfirmasi Malaysia sepakat mengatasi masalah Laut China Selatan bersama-sama dengan negara-negara ASEAN lain melalui jalur dialog. Kedua perdana menteri setuju Cina dan negara-negara ASEAN terkait dalam sengketa ini harus menangani masalah Laut China Selatan secara mandiri dan tepat, serta mendorong dialog, kerja sama serta berkomitmen untuk menyelesaikan masalah melalui upaya bilateral.
Hal tersebut disampaikan terkait dengan isi pertemuan antara Perdana Menteri (PM) Cina Li Qiang dan PM Malaysia Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur pada Rabu, 19 Juni 2024. Cina diketahui mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh wilayah di Laut Cina Selatan dengan menyebutnya sebagai kawasan "Nine-Dash Line" yaitu wilayah historis militer Cina yang termasuk sebagian zona ekonomi eksklusif (ZEE) Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina dan Vietnam sehingga memicu titik panas di perairan tersebut.
Terbaru, Petugas Penjaga Pantai Cina (CCG) pada Senin, 17 Juni 2024, menaiki, dan menggeledah kapal Filipina yang masuk ke perairan dekat pulau karang Ren'ai Jiao atau disebut Filipina sebagai "Beting Ayungin" merupakan bagian dari Kepulauan Spratly yang disengketakan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.
"PM Li Qiang menunjukkan tidak peduli bagaimana lanskap internasional berkembang setengah abad terakhir, kedua negara selalu memperlakukan satu sama lain secara tulus, mengupayakan kerja sama yang saling menguntungkan dan terlibat dalam pembelajaran bersama untuk mencapai kemajuan yang stabil," tambah Lin Jian.
Cina, kata Lin Jian, siap bekerja sama dengan Malaysia untuk terus mengembangkan hubungan bilateral sebagai prioritas kebijakan luar negeri masing-masing dan menjadikan peringatan 50 tahun hubungan China-Malaysia sebagai peluang untuk mempercepat pembangunan komunitas kedua negara.
"PM Li menekankan baik di masa lalu, sekarang, atau di masa depan, persahabatan tetap menjadi ciri utama hubungan Cina-Malaysia. Kedua negara telah membawa hubungan ini ke titik awal yang baru, dan kami memiliki aspirasi yang sama untuk meneruskannya kepada generasi mendatang," tambah Lin Jian.
Cina-Malaysia, menurut Lin Jian juga perlu meningkatkan persahabatan tradisional, mengkonsolidasikan landasan hubungan bilateral, dan mengupayakan kerja sama yang luas dalam konteks membangun komunitas Cina-Malaysia dengan masa depan bersama.
"Kedua perdana menteri juga sepakat untuk terus mendorong penerapan RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) yang berkualitas tinggi dan berusaha untuk menyelesaikan perundingan CAFTA (China-ASEAN Free Trade Agreement) Versi 3.0 sesegera mungkin," kata Lin Jian.
Pilihan editor: Warga Negara Ganda Rusia-AS Diadili atas Dugaan Menyumbang Dana untuk Tentara Ukraina
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini