TEMPO.CO, Jakarta - CARE kelompok kemanusiaan dari Australia melaporkan ada lebih dari 4 ribu orang terdampak musibah tanah longsor yang meratakan sebuah desa di bagian utara Papua Nugini pada Jumat, 24 Mei 2024 sekitar pukul 3 subuh. Ratusan orang dikhawatirkan tewas dalam musibah tanah longsor yang meratakan desa Koakalam di Provinsi Enga atau sekitar 600 kilometer dari utara Ibu Kota Moresby.
Menurut Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), lebih dari enam desa terdampak musibah tanah longsor di Provinsi Mulitaka, yang media setempat mewartakan mengubur lebih dari 300 orang dan lebih dari 1.100 rumah. Sedangkan CARE Australia pada Sabtu, 26 mei 2024, mengatakan hampir 4 ribu orang hidup di area zona yang terkena musibah tersebut sehingga jumlah korban tewas kemungkinan lebih tinggi dari yang diprediski mengingat ada sebuah tempat penampungan pengungsian yang melarikan diri dari konflik di dekat area musibah tanah longsor.
Pada Februari 2024, setidaknya 26 laki-laki tewas di Provinsi Enga dalam sebuah penyergapan kekerasan antar suku hingga mendorong Perdana Menteri Papua Nugini James Marape memberikan wewenang pada pucuk pimpinan militer negara itu untuk melakukan penangkapan. CARE pada Jumat, 25 Mei 2024, mengatakan musibah tanah longsor telah meninggalkan puing-puing setinggi 8 meter, memutus akes ke jalan raya yang menyulitkan sulitnya pendistribusian bantuan.
Australian Broadcasting Corp dalam laporannya Sabtu, 25 helikopter hanyalah satu-satunya cara untuk menjangkau area terdampak musibah tanah longsor. Ada empat jenazah yang sudah diangkat dari tumpukan puing-puing.
“Banyak rumah-rumah di kaki gunung berisiko terperosok dalam tanah longsor,” kata Juru bicara CARE.
Perdana Menteri Marape mengatakan ahli di Kementerian Pertahanan dan Kementerian Pekerjaan Umum Papua Nugini sudah dikerahkan untuk membantu dan upaya pemulihan paska-bencana. Media sosial banyak yang beredar foto-foto kondisi desa Ninga Role, di mana orang-orang menaiki batu, memotong pohon demi bisa menyelamatkan orang-orang yang bisa diselamatkan. Seorang ibu menangis saat proses evakuasi dilakukan.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Menyoal Proyek Karet Hijau Michelin
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini