TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan militer Rusia memerintahkan penahanan pada Mayor Jenderal Ivan Popov mantan komandan Pasukan Pengawalan ke-58 atas dugaan penipuan skala besar. Kantor berita TASS mewartakan surat penahanan diterbitkan pada Selasa, 21 Mei 2024, yang dibocorkan sumber di penegakan hukum Rusia.
Sang Jenderal mengajukan banding terhadapnya. Dia juga mengklaim tidak bersalah karena tidak melakukan kesalahan apapun.
Sedangkan surat kabar Vedomosti mewartakan Popov sudah ditahan pada Jumat, 17 Mei 2024, atas perintah pengadilan militer Garrison. Jaksa penuntut menuduh Popov terlibat dalam sebuah konspirasi untuk melakukan penipuan skala besar, yakni menipu bahan bangunan yang digunakan untuk membangun benteng militer di wilayah Zaporozhye.
Telegram melaporkan dugaan penipuan ini melibatkan 2 ribu ton baja yang dibeli oleh militer Zaporozhye untuk membangun struktur pertahanan sepanjang garis depan sebagai persiapan menghadapi serangan Ukraina pada 2023 lalu. Seorang pengusaha yang tidak dipublikasi identitasnya dari wilayah Krasnodar diduga menjual ke sejumlah tempat baja yang ditilep itu. Penipuan ini merugkan negara lebih dari 100 juta rubel (Rp17 miliar).
Pasukan pimpinan Popov berada di garda depan perang Ukraina. Pasukan ini yang mendorong dilakukannya serangan. Popov sudah dibebas tugaskan pada Juli 2023 menyusul kegagalan mengatasi Pasukan Wagner. Popov beralasan, kegagalan itu karena dukungan tidak memadai.
Popov adalah pejabat militer ketiga yang ditahan dalam tempo sebulan atas tuduhan pelanggaran. Pada 23 April 2024, Timur Ivanov Wakil Menteri Pertahanan Rusia ditahan atas tuduhan menerima suap sebesar 1 miliar rubel (Rp176 miliar) untuk sejumlah proyek pembangunan. Dia berkeras menyatakan diri tak bersalah. Sedangkan Letnan Jenderal Yury Kuznetsov Kepala Personalia pada pekan lalu ditahan atas tuduhan menerima uang suap.
Sumber : RT.com
Pilihan editor: Cerita Penjual Tas Branded Bekas di TikTok Dilaporkan Kasus Penipuan ke Polisi, Diduga Dipicu Persoalan Utang
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini