Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui KINETIK, yakni Kemitraan Australia-Indonesia untuk Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur. Pendanaan campuran ini, nantinya akan menggabungkan modal pemerintah dan swasta untuk mempercepat investasi.
Kedutaan Besar Australia dalam keterangan pers pada Jumat, 19 April 2024, menjelaskan ini merupakan investasi keuangan campuran pertama Australia di Indonesia, yang nilainya sebesar A$1 juta (Rp10 miliar) pada Dana Energi Bersih Asia Tenggara. Investasi ini akan menyasar usaha kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia dalam bidang pembangkit energi terbarukan, efisiensi energi dan mobilitas listrik dan akan diimbangi dengan kontribusi dari investor swasta Australia.
Joan Larrea, CEO Convergence Blended Finance, kunjungan kerja ke Jakarta pada pekan iniuntuk mendiskusikan tentang keuangan campuran, yang menggabungkan modal publik dan swasta untuk berinvestasi dalam proyek pembangunan dan iklim.
“Kami senang pada respon Australia terhadap seruan Indonesia untuk lebih banyak melakukan keuangan campuran dalam memenuhi target net zero Indonesia. Investasi Australia akan memacu pada pertumbuhan UKM iklim dan membantu Indonesia membangun lebih banyak infrastruktur ramah lingkungan,” kata Larrea.
Pembiayaan campuran merupakan salah satu alat dalam Strategi Ekonomi Asia Tenggara Australia, yang dikembangkan di bawah kepemimpinan mantan Ketua Bank Macquarie Nicholas Moore. Strategi ini bertujuan meningkatkan investasi Australia di kawasan ini, termasuk Indonesia.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams mengatakan investasi keuangan campuran akan semakin memperkuat kemitraan ekonomi Australia dengan Indonesia. Pihaknya antusias dengan peran keuangan campuran dalam meningkatkan investasi Australia di Indonesia dan membantu mencapai target net zero.
Pilihan editor: Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini