TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Skotlandia Humza Yousaf memutuskan mundur dari jabatannya setelah baru setahun menjabat. Yousaf mengundurkan diri pula sebagai pemimpin Partai Nasional Skotlandia (SNP).
Langkah ini dilakukan segera setelah Yousaf mengakhiri aliansi SNP dengan Partai Hijau Skotlandia, yang memicu dua mosi tidak percaya yang diajukan oleh partai-partai oposisi yang kemungkinan besar akan kalah dari Yousaf. “Saya tidak bersedia menukar nilai-nilai dan prinsip-prinsip saya atau melakukan kesepakatan dengan siapa pun hanya demi mempertahankan kekuasaan,” kata Yousaf dalam pengumuman yang disiarkan televisi.
Nasib SNP yang pro-kemerdekaan tersendat di tengah skandal pendanaan dan pengunduran diri Nicola Sturgeon sebagai pemimpin partai tahun lalu. Perjuangan internal juga terjadi mengenai seberapa progresif partai tersebut harus menerapkan kebijakannya dalam upayanya untuk menarik kembali pemilih.
Awal bulan ini, Yousaf mengatakan dia cukup yakin bisa memenangkan mosi tidak percaya. Namun, pada hari Senin, tawarannya untuk melakukan pembicaraan dengan partai lain untuk mendukung pemerintahan minoritasnya masih belum pasti.
Yousaf, 39 tahun, adalah ketua partai politik besar yang beragama Islam dan pemimpin terpilih termuda di Skotlandia. Ia mengatakan meremehkan tingkat kerugian setelah mengakhiri perjanjian pembagian kekuasaan dengan Partai Hijau Skotlandia pekan lalu.
“Saya telah menyimpulkan bahwa memperbaiki hubungan lintas perpecahan politik hanya dapat dilakukan jika ada orang lain yang memimpin,” katanya.