Debat WhatsApp
Hampir segera setelah serangan 7 Oktober dan peluncuran perang bumi hangus Israel melawan Gaza, ketegangan mulai meningkat di ruang redaksi terkait liputan Times. Beberapa staf mengatakan mereka yakin surat kabar tersebut melakukan upaya yang sesuai narasi Israel mengenai peristiwa tersebut dan tidak menerapkan standar yang sama dalam peliputannya.
Argumen mulai muncul di internal Slack dan grup obrolan lainnya.
Perdebatan antara wartawan di grup WhatsApp yang dipimpin biro Yerusalem, yang pernah beranggotakan 90 wartawan dan editor, menjadi begitu intens sehingga Pan, editor internasional, menengahi.
“Kita perlu melakukan komunikasi yang lebih baik satu sama lain saat kita melaporkan berita, sehingga diskusi kita menjadi lebih produktif dan perbedaan pendapat kita tidak terlalu mengganggu,” tulis Pan dalam pesan WhatsApp pada 28 November yang dilihat oleh The Intercept dan pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal.
Pan dengan blak-blakan menyatakan, “Jangan gunakan saluran ini untuk menyampaikan kekhawatiran mengenai liputan.”
Di antara topik perdebatan di grup WhatsApp biro Yerusalem dan percakapan di Slack, yang ditinjau oleh The Intercept dan diverifikasi dengan berbagai sumber di ruang redaksi, adalah serangan Israel terhadap Rumah Sakit Al-Shifa, statistik kematian warga sipil Palestina, tuduhan genosida oleh Israel, dan pola Presiden Joe Biden yang mempromosikan tuduhan yang belum diverifikasi dari pemerintah Israel sebagai fakta.
Banyak dari perdebatan yang sama dibahas dalam panduan gaya khusus Times di Gaza dan telah menjadi subjek pengawasan publik yang intens.
“Bukan hal yang aneh bagi perusahaan berita untuk menetapkan pedoman gaya penulisan,” kata sumber lain di ruang redaksi Times, yang juga meminta anonimitas. “Tetapi ada standar unik yang diterapkan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh Israel. Pembaca telah memperhatikannya dan saya memahami rasa frustrasi mereka.”