Dia juga menyebut postingan tersebut sebagai upaya menakjubkan untuk menulis ulang sejarah. “Penulis postingan harus melihat peraturan PBB, melihat apakah tindakan Israel dalam beberapa dekade terakhir konsisten dengan hukum internasional, sebelum mencoba menulis ulang sejarah.”
Namun Shanmugam menekankan bahwa pemerintah tidak melakukan intervensi atas dasar hal itu, namun karena adanya potensi konsekuensi bagi berbagai komunitas di Singapura.
Dia menambahkan bahwa kedutaan mungkin mengeluarkan pernyataan yang tidak disetujui oleh pemerintah dan pemerintah tidak melakukan intervensi karena kedutaan mewakili negara berdaulat.
“Mereka mempunyai otonomi. Namun jika hal itu berdampak pada keselamatan dan keamanan masyarakat di Singapura, perdamaian dan keharmonisan yang kami nikmati, kami lakukan dan kami akan melakukan intervensi,” katanya.
Tidak ada komentar resmi dari Kedutaan Israel.
Singapura mengutuk serangan Hamas terhadap Israel namun juga mengatakan bahwa respons militer Israel “kini sudah keterlaluan”.
Postingan tersebut tampaknya diunggah dalam konteks perang antara Israel dan Hamas, yang dimulai setelah serangan Hamas yang mengakibatkan sekitar 1.160 kematian di Israel pada Oktober 2023.
Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas, yang juga menyandera sekitar 250 sandera, yang Israel yakini sekitar 130 orang masih berada di Gaza, termasuk 33 orang diperkirakan tewas.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas pada hari Minggu menyebutkan jumlah total kematian di wilayah tersebut sebanyak 32.226 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
CHANNEL NEWS ASIA
Pilihan editor: Kilas Balik Teror Moskow Tewaskan 143 Orang, Rusia Tangkap 4 Tersangka