TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyoroti penderitaan warga Palestina di bulan Ramadan saat berbicara di acara buka puasa bertajuk “Pejambon Ifthar” di Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat pada Jumat, 22 Maret 2024.
Menlu Retno memberi sambutan kepada hampir 60 orang tamu yang hadir, termasuk duta besar negara asing, wakil duta besar negara asing, kepala organisasi internasional hingga duta besar untuk ASEAN.
Bulan suci Ramadan merupakan kesempatan untuk meningkatkan toleransi dan ukhuwah, kata Retno dalam sambutannya. Dia mengatakan ada pelajaran berharga yang dapat diambil dari Ramadan tentang kasih sayang dan solidaritas, dan menambahkan bahwa itu merupakan pelajaran yang sangat dibutuhkan dunia saat ini.
“Saat kita berkumpul hari ini, dengan nyaman dan aman dari bahaya, lebih dari 32 ribu warga Palestina telah terbunuh di Gaza dan dua juta orang mengungsi, kehilangan hak untuk hidup di tanah mereka sendiri,” ujarnya.
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 31.988 orang dan membuat 74.188 lainnya luka-luka sejak 7 Oktober 2023, menurut angka dari Kementerian Kesehatan Gaza. Dari total jumlah korban tewas, lebih dari 13 ribu adalah anak-anak.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan masih ada ribuan korban di bawah reruntuhan dan di jalanan. Tim ambulans pun dikatakan tidak dapat menjangkau mereka.
Retno berkata “solidaritas global dipertanyakan” ketika UNICEF telah melaporkan angka kematian anak hingga 13 ribu jiwa. “Sementara anak-anak yang masih hidup kelaparan,” tambahnya, mengutip laporan UNICEF bahwa mereka sudah “tidak punya tenaga untuk menangis”.
“Sebagai seorang wanita, seorang ibu, seorang nenek, dan sebagai seorang manusia, penderitaan mereka yang tak terbayangkan memberikan makna yang lebih dalam pada pengalaman saya di bulan Ramadan tahun ini,” kata dia.
Menteri luar negeri perempuan pertama di Indonesia itu melanjutkan, “Haruskah kita, sebagai komunitas global, hanya menangisi mereka? Atau haruskah kita benar-benar melakukan sesuatu untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang dahsyat ini? Bagi Indonesia, pilihan kedua adalah satu-satunya jawaban yang logis.”
Pemerintah tetap berkomitmen meringankan beban warga Palestina dengan terus mengirimkan bantuan kemanusiaan, katanya. Indonesia sebelumnya telah melipatgandakan kontribusi kepada badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Retno pada Februari lalu juga mewakili Indonesia berbicara di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ) tentang konsekuensi hukum pendudukan Israel di wilayah Palestina.
“Semoga semangat Ramadan menjadi pancaran cahaya yang menerangi kita secara spiritual dan menerangi jalan kita menuju solidaritas global,” katanya.
NABIILA AZZAHRA
Pilihan Editor: Serangan 7 Oktober: Apa yang Ditunjukkan Analisis forensik?