Pendidikan Bushnell
Bushnell menggambarkan dirinya di LinkedIn sebagai 'insinyur perangkat lunak yang bercita-cita tinggi' dengan 'hasrat untuk memecahkan masalah kompleks dengan kode'.
Menyoroti pendidikan dan pengalaman kerjanya dalam pengembangan perangkat lunak dan administrasi sistem Linux, Bushnell mengatakan dia ingin 'beralih dari Angkatan Udara AS ke bidang rekayasa perangkat lunak'.
Ia memuji keberhasilan militernya, dan mengklaim bahwa ia telah 'dipuji oleh para pemimpin senior atas kemampuan saya menjelaskan masalah-masalah teknis yang rumit'.
Bushnell mengatakan bahwa ia dapat memanfaatkan 'keterampilan tersebut dalam peran apa pun', namun mencatat bahwa ia 'benar-benar bersemangat dalam menulis perangkat lunak' dan 'tidak sabar untuk membantu mendorong inovasi di dunia sipil'.
Video Terakhir
Video menunjukkan bagaimana Bushnell mendekati kedutaan besar Israel yang dijaga ketat di International Drive, Washington DC, tepat sebelum jam 1 siang pada Minggu. Dia mengenakan seragam tempur dan berbicara ke kamera dengan tongkat selfie.
"Nama saya Aaron Bushnell," katanya kepada kamera, "Saya seorang anggota Angkatan Udara Amerika Serikat yang masih aktif dan saya tidak akan lagi terlibat dalam genosida. Saya akan melakukan sebuah aksi protes yang ekstrem, tetapi dibandingkan dengan apa yang dialami orang-orang di Palestina di tangan para penjajah mereka, ini tidak ekstrem sama sekali. Inilah yang diputuskan oleh kelas penguasa kita sebagai sesuatu yang normal.”
Minggu pagi, sebelum menuju kedutaan tersebut, Bushnell tampaknya sedang mempromosikan aksi protesnya di Facebook.
'Banyak dari kita suka bertanya pada diri sendiri, "Apa yang akan saya lakukan jika saya masih hidup pada masa perbudakan? Atau Jim Crow di Selatan? Atau apartheid? Apa yang akan saya lakukan jika negara saya melakukan genosida?"' Bushnell menulis. "Jawabannya adalah, Anda melakukannya. Sekarang juga.”
Protes Bushnell terjadi ketika Amerika Serikat memveto rancangan resolusi di DK PBB dan menghadapi tekanan yang semakin besar atas konflik yang telah berlangsung selama empat setengah bulan dan telah merenggut lebih dari 30.000 nyawa.
DAILY MAIL
Pilihan Editor: Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh Mengundurkan Diri