TEMPO.CO, Jakarta - Aaron Bushnell, 25 tahun, seorang prajurit Angkatan Udara yang membakar diri di luar kedutaan besar Israel di Washington DC dalam protes melawan perang di Gaza meninggal dunia di rumah sakit.
Bushnell adalah seorang 'calon insinyur' dan berusaha untuk 'keluar dari dunia militer'. Angkatan Udara AS mengonfirmasi pada Senin, 26 Februari 2024, bahwa dia meninggal dunia akibat luka-lukanya.
Dia dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis pada Minggu setelah dia menyiram dirinya sendiri dengan akselerator dan menyambar korek api, menyebabkan tubuhnya dilalap api. Pemadam Kebakaran DC dan EMS mengatakan bahwa ia mengalami 'cedera yang mengancam jiwa'.
Video mengerikan dari insiden tersebut menunjukkan Bushnell menjelaskan alasan 'aksi protes ekstrem' yang dilakukannya sambil berjalan menuju gedung dan berteriak ‘Free Palestine’ – saat tubuhnya terbakar.
Api berkobar selama lebih dari satu menit sebelum polisi dan petugas keamanan berhasil memadamkannya.
Penerbang yang masih aktif bertugas ini adalah seorang insinyur DevOps yang berbasis di San Antonio, Texas, menurut profil LinkedIn-nya. Dia memuji dirinya sendiri memiliki 'kemampuan komunikasi yang sangat baik' dan 'berkembang dalam lingkungan tim'.
Bushnell mengejar gelar sarjana dalam bidang rekayasa perangkat lunak komputer dan bersertifikat CompTIA Security+, sebuah kredensial yang mengindikasikan bahwa dia memiliki keterampilan dasar untuk menjalankan fungsi keamanan inti dan mengejar karier keamanan TI.
Berasal dari Keluarga Kristen yang Taat
Dia tampaknya dibesarkan dalam keluarga Kristen yang taat dan bahkan bekerja untuk Paraclete Press, penerbit buku dan musik Kristen yang berbasis di Massachusetts di mana ibunya, Danielle, masih bekerja, menurut situs web perusahaan. Ayahnya, David, memiliki perusahaan konstruksi.
Bushnell dan saudara laki-lakinya, Sean, merupakan anggota dari ansambel perkusi Spirit Winter Percussion - yang juga berbasis di Orleans. Kakak beradik ini tampak bersaing dengan marching band dan bahkan mendapatkan medali perak di sebuah kontes pada tahun 2018.
Keluarga ini juga tampaknya memiliki ikatan yang kuat dengan iman mereka, dengan David bahkan menghubungkan dirinya di Facebook dengan beberapa organisasi keagamaan, termasuk gereja Komunitas Yesus di Orleans. Gereja ini sebelumnya dicirikan oleh CBC Radio Kanada sebagai 'sekte Kristen yang misterius dan kejam'.