Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Israel Nekad Serang Rafah meski Dicegah Sekutunya, Ini Penyebabnya

Reporter

Editor

Yudono Yanuar

image-gnews
Anak-anak Palestina yang mengungsi yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel duduk di luar saat mereka berlindung di tenda kamp di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah di Jalur Gaza selatan, 13 Februari 2024. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Anak-anak Palestina yang mengungsi yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel duduk di luar saat mereka berlindung di tenda kamp di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah di Jalur Gaza selatan, 13 Februari 2024. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Israel benar-benar nekad. Meskipun sekutu utamanya, mulai dari Amerika Serikat, Prancis, Italia, hingga Australia mengutuk rencana serangan terhadap Kota Rafah, mereka tetap menggempur kota  di Gaza selatan yang dipenuhi sejuta pengungsi Palestina itu.

Serangan diawali dengan membom pemukiman sipil dan kamp pengungsi hingga menewaskan 74 orang ketika mereka membebaskan dua sandera yang ditahan Hamas pada Senin lalu, 12 Februari 2024.

Melihat besarnya ancaman terhadap kemanusiaan, Afrika Selatan meminta Mahkamah Internasional (ICJ) pada Selasa, 13 Februari 2024, agar mempertimbangkan apakah rencana Israel melakukan invasi darat di Rafah memerlukan tindakan darurat tambahan untuk melindungi hak-hak warga Palestina.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat pada Rabu, 14 Februari 2024, menuding Afrika Selatan mewakili kepentingan kelompok militan Palestina Hamas dan berusaha menyangkal hak dasar Israel untuk membela diri. 

Rencana invasi darat ini telah diumumkan secara resmi oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu, 14 Februari 2024, yang dipastikan bisa mengancam keselamatan para pengungsi Gaza di sana. 

Ada apa di balik keputusan penyerangan Rafah, kota di selatan Gaza, tempat lebih dari sejuta warga sipil Palestina mengungsi seperti diminta Israel?  Berikut sejumlah analisis kenapa Israel begitu menggebu-gebu menyerang Rafah.

Mengapa Israel ingin menyerang Rafah?

Pada 9 Februari 2024, kantor PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan: “Tidak mungkin mencapai tujuan perang untuk melenyapkan Hamas dengan meninggalkan empat batalyon Hamas di Rafah. Di sisi lain, jelas bahwa operasi besar-besaran di Rafah memerlukan evakuasi warga sipil dari zona pertempuran. Itulah sebabnya Perdana Menteri mengarahkan IDF dan lembaga pertahanan untuk menyampaikan kepada kabinet rencana ganda untuk evakuasi penduduk dan serangan ke batalion Hamas.”

Intinya, Netanyahu mengatakan bahwa aksi militer ini akan berakhir hanya jika Hamas “dilenyapkan”. “Jika kita tidak melenyapkan teroris Hamas, ‘Nazi baru’ ini, maka pembantaian berikutnya hanya tinggal menunggu waktu saja,” katanya pada bulan Januari.

Dia juga mengatakan bahwa menyuruh Israel untuk tidak memasuki Rafah sama saja dengan menyuruh mereka kalah perang melawan Hamas.

Apa pentingnya Rafah?

Menurut PBB, lebih dari 1,4 juta orang saat ini berada di Rafah, yang dulunya merupakan kota berpenduduk 300.000 orang, setelah pasukan Israel menyerang seluruh wilayah lain di Jalur Gaza yang sempit.

Hampir seminggu setelah serangan Hamas, pada 13 Oktober Israel memerintahkan 1,1 juta orang yang tinggal di utara Gaza untuk mengungsi dalam waktu 24 jam saat serangan dimulai.

Letak strategis Rafah

Rafah juga terletak dekat dengan Mesir dan memiliki perbatasan yang membantu memasok makanan dan bahan bakar ke Gaza. Karena Gaza berbatasan dengan Laut Mediterania di barat dan Israel di timur, penduduknya tidak memiliki pos pemeriksaan lain yang berfungsi untuk keluar dari wilayah tersebut saat ini.  

Seperti halnya konflik ini, akar permasalahan ini ada dalam sejarah. Pada tahun 1967, Israel berperang dengan Mesir (yang telah menguasai Gaza sejak tahun 1957) dan Yordania (yang menduduki sisa wilayah Palestina di Tepi Barat sejak tahun 1950).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Israel mengambil kendali atas wilayah-wilayah ini setelah perang, namun melepaskan sebagian kendali pada tahun 1990an setelah Perjanjian Oslo ditandatangani dengan para pemimpin Palestina. Namun, orang Israel tetap tinggal di sana (disebut sebagai “pemukim”). Pemerintahnya menarik pemukiman pada tahun 2005, dengan alasan adanya ancaman terhadap keamanan. 

Israel Ingin Kuasai Gaza?

Sebagian warga Palestina percaya bahwa gerakan militer ini dapat menyebabkan lebih banyak pemukiman Israel di Jalur Gaza. Pada bulan Maret 2023, Parlemen Israel “mencabut Undang-undang tahun 2005 yang mengharuskan empat pemukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki dibongkar pada saat yang sama ketika pasukan Israel menarik diri dari Jalur Gaza,” demikian dilaporkan AP.

Dicatat bahwa langkah ini datang dari pemerintahan sayap kanan Netanyahu, “yang didominasi oleh para pemimpin pemukim dan sekutunya, untuk mempromosikan aktivitas permukiman di wilayah tersebut.”

Laporan New York Times juga mengatakan: “Sekelompok warga Israel yang berharap untuk tinggal di Gaza pada akhir perang telah menerbitkan peta yang membayangkan kota-kota mayoritas Yahudi tersebar di wilayah tersebut. Anggota parlemen sayap kanan Israel telah menyusun rencana untuk menjadikan permukiman tersebut legal. Dan menteri keamanan nasional Israel telah menyerukan warga Arab untuk meninggalkan Gaza sehingga orang-orang Yahudi dapat menghuni jalur pantai tersebut.”

Laporan tersebut mengutip seorang tentara cadangan Israel, yang keluarganya tinggal di Gaza sebelum tahun 2005, yang mengatakan, “Saat perang selesai, kami akan membangun rumah kami di sana. Pertanyaannya bukan apakah kami akan kembali ketika pertempuran selesai, tapi apakah akan ada Gaza.”

Belum ada konfirmasi dari Israel mengenai laporan tersebut.

Bikin Biden pusing

Presiden AS Joe Biden dilaporkan merasa frustrasi atas keenganan Netanyahu mengubah taktik di Gaza – di mana lebih dari 28.000 orang telah dibunuh oleh pasukan Israel, dan keengganannya untuk mengupayakan perdamaian jangka panjang. kesepakatan.

Pada hari Minggu, 11 Februari 2024,  dia memperingatkan Netanyahu agar tidak mengirim pasukan ke Rafah tanpa rencana yang “kredibel” untuk melindungi warga sipil. Netanyahu bertekad akan terus melancarkan serangan darat.

Menteri Luar Negeri Inggris Lord Cameron mengatakan Inggris "sangat prihatin" terhadap situasi di Rafah dan menyerukan Israel untuk "berhenti dan berpikir serius" sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.

Sementara itu, dua pejabat Mesir dan seorang diplomat Barat mengatakan Mesir mengancam akan menangguhkan perjanjian damai dengan Israel jika pasukan dikirim ke Rafah, di mana Mesir khawatir pertempuran dapat mendorong warga Palestina ke Semenanjung Sinai dan memaksa penutupan jalur pasokan bantuan utama Gaza.

Perjanjian damai ini sudah ada sejak hampir 50 tahun yang lalu sejak Perjanjian Camp David, yang merupakan landasan stabilitas regional.

REUTERS | SKYNEWS | INDIAN EXPRESS

Pilihan editor: Giliran Warga Israel Gugat Hamas ke ICC

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polri dan BSSN Diduga Impor Alat Sadap atau Spyware dari Israel, SAFENet Minta Transparansi

1 jam lalu

Ilustrasi penyadapan. Shutterstock
Polri dan BSSN Diduga Impor Alat Sadap atau Spyware dari Israel, SAFENet Minta Transparansi

SAFENet mengingatkan Polri dan BSSN untuk transparan dalam dugaan impor alat sadap atau spyware dari sejumlah perusahaan Israel.


Slovenia Mulai Prosedur untuk Akui Negara Palestina

2 jam lalu

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang penerapan Pasal 99 piagam PBB untuk mengatasi krisis kemanusiaan di tengah konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas di markas besar PBB di New York City, AS, 8 Desember 2023. REUTERS/Shannon Stapleton
Slovenia Mulai Prosedur untuk Akui Negara Palestina

Pemerintah Slovenia pada Kamis memulai prosedur untuk mengakui Negara Palestina guna membantu mengakhiri kekerasan di Gaza


Perundingan Gencatan Senjata Gagal, Israel Lancarkan Serangan ke Rafah Timur

2 jam lalu

Asap mengepul setelah serangan Israel ketika pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 7 Mei 2024. REUTERS/Hatem Khaled
Perundingan Gencatan Senjata Gagal, Israel Lancarkan Serangan ke Rafah Timur

Israel menyerang Rafah timur ketika perundingan gencatan senjata dengan Hamas tak kunjung mencapai kesepakatan.


Merunut Lini Masa Hubungan Amerika Serikat - Israel

4 jam lalu

Bendera Israel dan Amerika berkibar selama latihan terakhir untuk upacara penyambutan Presiden AS Joe Biden menjelang kunjungannya ke Israel, di bandara Internasional Ben Gurion, di Lod dekat Tel Aviv, Israel 12 Juli 2022. REUTERS/Amir Cohen
Merunut Lini Masa Hubungan Amerika Serikat - Israel

Hubungan AS dan Israel tidak selamanya harmonis, beberapa momen mencerminkan Amerika Serikat kecewa dengan Israel.


Biaya Perang Israel di Gaza Tembus Rp258 Triliun, Anggaran Mulai Tergerus

4 jam lalu

Tentara Israel memasang bendera Israel di kendaraan militer dekat perbatasan Israel-Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Israel, 15 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Biaya Perang Israel di Gaza Tembus Rp258 Triliun, Anggaran Mulai Tergerus

Israel telah menghabiskan dana sebesar 60 miliar shekel atau sekitar Rp258 triliun setelah tujuh bulan perang di Gaza.


Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Gagal, Hamas: Kendali Kini di Tangan Israel

5 jam lalu

Asap mengepul setelah serangan Israel ketika pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 7 Mei 2024. Sejumlah tank Israel juga terlihat mengelilingi kota Rafah. REUTERS/Hatem Khaled
Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Gagal, Hamas: Kendali Kini di Tangan Israel

Delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo setelah perundingan gencatan senjata dengan Israel gagal


UNICEF : Fasilitas Vital Kehabisan Bahan Bakar jika Perlintasan Rafah Ditutup

6 jam lalu

Kendaraan militer Israel beroperasi di Penyeberangan Rafah sisi Gaza, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza selatan, 7 Mei 2024. Israel Defense Forces/Handout via REUTERS
UNICEF : Fasilitas Vital Kehabisan Bahan Bakar jika Perlintasan Rafah Ditutup

Kepala UNICEF Catherine Russel melaporkan fasilitas vital yang mulai kehabisan bahan bakardi Jalur Gaza akibat penutupan perlintasan Rafah


Israel Tetap Terima Senjata AS Senilai Miliaran Dolar, Meski Ada Penundaan oleh Biden

6 jam lalu

Tentara Israel berjalan di samping kendaraan militer di dekat perbatasan Israel-Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Israel selatan, 8 Mei 2024. REUTERS/Ammar Awad TPX
Israel Tetap Terima Senjata AS Senilai Miliaran Dolar, Meski Ada Penundaan oleh Biden

Persenjataan Amerika Serikat senilai miliaran dolar masih tersedia untuk Israel, meskipun ada penundaan pengiriman oleh Presiden Joe Biden


Warga Israel Bakar Markas Besar UNRWA di Yerusalem Timur

7 jam lalu

Ketua UNRWA Philippe Lazzarini. REUTERS
Warga Israel Bakar Markas Besar UNRWA di Yerusalem Timur

UNRWA menutup markas besarnya di Yerusalem Timur setelah warga Israel membakar perimeter gedung tersebut.


Jusuf Kalla Nasehati Agar Hamas dan Fatah Bersatu, Ini Profil 2 Kekuatan di Palestina

7 jam lalu

Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla berjalan saat menghadiri acara gerakan masjid bersih 2024 di Masjid Akbar Kemayoran, Jakarta, Rabu, 6 Maret 2024. Kegiatan tersebut merupakan upaya berkelanjutan untuk mendorong terciptanya masjid yang bersih dan nyaman bagi umat Islam di seluruh Indonesia, khususnya dalam menyambut bulan Ramadan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jusuf Kalla Nasehati Agar Hamas dan Fatah Bersatu, Ini Profil 2 Kekuatan di Palestina

Ketua Umum PMI Jusuf Kalla (JK) meminta kelompok Palestina Hamas untuk bersatu dengan Fatah, partai politik dalam PLO. Ini profil kedua kelompok itu.