TEMPO.CO, Jakarta - Irak membantah bahwa Amerika Serikat sudah melakukan koordinasi sebelum melakukan serangan udara di wilayah Akashat dan Al-Qaim. Pesawat Amerika mengebom pangkalan Irak di dua wilayah ini serta lingkungan sipil di dekatnya, kata juru bicara pemerintah Irak Bassem Al-Awadi.
"Dengan melakukan hal tersebut, pemerintahan Amerika melakukan agresi baru terhadap kedaulatan Irak,” kata Kantor Berita Irak (INA) yang mengutip Awadi. “Agresi terang-terangan ini menyebabkan kematian 16 orang, termasuk warga sipil, dan 25 lainnya luka-luka, serta menimbulkan kerugian dan kerusakan pada bangunan tempat tinggal dan properti,” tambah juru bicara tersebut.
Dia menuduh pihak Amerika melakukan penipuan dengan mengumumkan koordinasi sebelumnya untuk melakukan agresi ini.
Amerika Serikat memulai serangan udara pada hari Jumat terhadap Pasukan Quds Pengawal Revolusi Islam Iran dan milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah. Serangan pesawat tak berawak diluncurkan setelah tiga tentara Amerika tewas di Yordania.
Secara keseluruhan, lebih dari 85 sasaran ditembakkan dengan lebih dari 125 amunisi presisi, kata Komando Pusat AS (CENTCOM) dalam sebuah pernyataan. Sebuah gudang senjata milik pasukan milisi Syiah Hashd al-Shaabi diserang Jumat malam dalam serangan AS di Irak barat, menurut sebuah posting Telegram yang berafiliasi dengan Gerakan Nujaba, sebuah kelompok milisi Syiah yang didukung Iran di Irak.
Usai serangan udara AS itu, Perdana Menteri Irak Mohammad Al-Sudani memerintahkan tiga hari berkabung pada hari Sabtu. “Perdana Menteri Al-Sudani telah mengumumkan berkabung umum selama tiga hari di seluruh departemen dan lembaga negara sebagai penghormatan kepada para martir angkatan bersenjata dan warga sipil yang kehilangan nyawa akibat serangan udara AS di wilayah Akashat dan Qa'im di wilayah tersebut. provinsi Anbar bagian barat,” demikian pernyataan dari kantor media perdana menteri.
“Sebagai protes terhadap agresi Amerika yang menargetkan situs militer dan sipil Irak, Kementerian Luar Negeri akan memanggil Kuasa Usaha Kedutaan Besar Amerika Serikat di Bagdad, David Burger,” INA mengutip badan tersebut.
ANADOLU | TRT WORLD
Pilihan editor: Pilpres 2024, Media Asing Soroti Prabowo yang Masih Aktif Jadi Menhan