TEMPO.CO, Jakarta - Hamas menayangkan video tiga sandera Israel yang ditahan di Gaza, Minggu, 14 Januari 2024. Dalam video berdurasi 37 detik itu, para sandera mendesak pemerintah mereka menghentikan serangan dan membebaskan mereka, saat kedua belah pihak memperingati hari ke-100 perang.
Video tak bertanggal yang menampilkan Noa Argamani, 26 tahun, Yossi Sharabi, 53, dan Itai Svirsky, 38, diakhiri dengan teks: "Besok kami akan memberi tahu Anda tentang nasib mereka."
Hamas mengatakan sebelumnya pada bahwa mereka kehilangan kontak dengan beberapa sandera ketika pasukan Israel menembaki Gaza, dan mencatat bahwa mereka mungkin terbunuh dalam serangan tersebut. Pada awal perang, mereka juga mengancam akan mengeksekusi sandera sebagai pembalasan atas serangan militer Israel, namun sejauh ini tidak dilakukan.
Para pejabat Israel pada umumnya menolak menanggapi pesan publik Hamas mengenai para sandera, dan menganggapnya sebagai perang psikologis. Hagar Mizrahi, seorang pejabat forensik di Kementerian Kesehatan Israel, mengatakan kepada TV lokal pada 31 Desember 2023 bahwa otopsi para sandera yang terbunuh menemukan penyebab kematian yang tidak sesuai dengan pernyataan Hamas bahwa mereka tewas dalam serangan udara.
Namun Israel juga menyatakan dengan jelas bahwa mereka sadar akan risiko yang mungkin terjadi terhadap sandera akibat serangan mereka, dan mengambil tindakan pencegahan.
"Operasi militer memerlukan waktu. Hal ini mewajibkan kami untuk bertindak secara tepat, dan kami menyesuaikannya sesuai dengan ancaman dan sandera yang ada di lapangan," kata juru bicara kepala angkatan bersenjata Laksamana Muda Daniel Hagari pada hari Minggu.
Dari sekitar 240 orang yang ditangkap oleh Hamas dalam serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang, sekitar setengahnya dibebaskan melalui gencatan senjata pada bulan November. Israel mengatakan 132 orang masih berada di Gaza dan 25 di antaranya tewas di tahanan.
Krisis penyanderaan telah membuat warga Israel terguncang akibat serangan terburuk dalam sejarah mereka. Beberapa kerabat sandera telah meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan gencatan senjata lagi atau bahkan membatalkan perang. Dia berjanji akan terus berjuang sampai Hamas hancur, yang menurutnya akan memungkinkan pembebasan para sandera.
Liora Argamani, ibu dari sandera Noa Argamani, 26, yang terekam saat dia diculik dalam serangan mematikan 7 Oktober oleh kelompok Islam Palestina Hamas, menghadiri pertemuan yang diadakan untuk menghormati putrinya, di Tel Aviv, Israel 23 November 2023 REUTERS /Shir Torem
Bulan lalu, Netanyahu mengatakan di parlemen bahwa dia telah meminta Beijing untuk membantu membebaskan Argamani, yang ibunya Liora adalah warga Cina. Menderita penyakit mematikan, Liora Argamani memohon agar bisa bertemu kembali dengan putrinya sebelum dia meninggal.
REUTERS
Pilihan Editor Top 3 Dunia: Kaca Boeing Retak, William Lai Presiden Taiwan, Namibia Kutuk Jerman