Pejabat Iran telah menolak untuk mengizinkan pendukung dari Hossein Mousavi, kandidat presiden yang kalah, untuk mengadakan protes terhadap Mahmud Ahmadinejad, yang terpilih kembali menjadi presiden.
Pendukung Mousavi menyebarkan pamflet untuk mengajak keluar untuk berhimpun di ibukota, Teheran, pada hari Senin, setelah mantan perdana menteri itu meminta hasil pemungutan suara, yang dilakukan Jum'at dibatalkan.
"Tidak ada kewenangan untuk penggalangan massa atau pertemuan berasama dan segala jenis perkumpulan dianggap ilegal," seruan resmi dari kementrian dalam negeri Iran. "Ini adalah pernyataan yang dikeluarkan setelah permintaan dibuat oleh Mousavi untuk mengadakan penggalangan massa.”
Baca Juga:
Sudah dua hari bentrokan terjadi antara pendukung Mousavi dan polisi sejak Ahmadinejad telah dinyatakan sebagai pemenang setelah pemilu. Angka dari departemen dalam negeri menunjukkan bahwa Ahmadinejad telah meraih 62,63 persen suara, sedangkan 33,75 persen untuk Mousavi.
Sedangkan Mousavi melalui website-nya pada hari Minggu telah meminta Dewan Wali, sebuah badan yang terdiri dari 12 cendekiawan agama yang bertugas menafsirkan konstitusi, untuk membatalkan hasil pemilu. "Hari ini, saya telah mengirimkan permintaan resmi saya ke dewan untuk membatalkan hasil pemilu," katanya.
"Saya meminta anda, Bangsa Iran untuk melanjutkan protes nasional dalam cara damai dan sesuai hukum."
Baca Juga:
Sampai kini, demonstrator melemparkan batu kepada polisi di Universitas Teheran pada hari Minggu dan bentrok dengan pendukung Ahmadinejad di jalan utama kota.
ALJAZEERA| AP| NUR HARYANTO