TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri mengatakan pihaknya siap untuk melakukan evakuasi warga negara Indonesia dari Lebanon jika dibutuhkan, ketika situasi memanas di perbatasan dengan Israel imbas peperangan yang meluas dari Gaza.
Sampai saat ini belum ada peringatan untuk melakukan evakuasi dari sistem peringatan Kemlu, kata juru bicara Lalu Muhammad Iqbal ketika ditemui usai acara Diskusi Kilas Balik Diplomasi Indonesia pada Kamis, 4 Januari 2024 di Menteng, Jakarta Pusat.
Tercatat ada sekitar 217 WNI di negara tersebut, menurut data Kemlu. “Baik Direktorat Perlindungan WNI maupun KBRI di Beirut sudah siaga satu jika dibutuhkan untuk evakuasi. Kami juga sudah terkoneksi dengan baik dengan seluruh WNI di Lebanon selatan,” ujar Iqbal.
Ibu kota Lebanon di Beirut dihantam serangan pesawat tak berawak atau drone Israel pada Selasa malam, 2 Januari 2024. Serangan tersebut menewaskan wakil ketua kelompok Palestina Hamas, Saleh al-Arouri, menuai kecaman dari kelompok Lebanon Hizbullah.
Serangan di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh ini merupakan serangan pertama yang melanda Beirut setelah hampir tiga bulan terjadi baku tembak setiap hari di wilayah perbatasan antara militer Israel dan Hizbullah, yang merupakan sekutu Hamas.
Pihak Kemlu mengatakan situasi yang mengkhawatirkan di Lebanon selatan adalah di perbatasan antara Lebanon dengan Israel, dan tidak sampai ke wilayah Lebanon itu sendiri. “Kami terus memantau; kebetulan kami juga punya pasukan perdamaian di Lebanon selatan, jadi info dari WNI dan pasukan jadi bahan pertimbangan untuk menentukan kapan kita melakukan evakuasi,” kata Iqbal.
Menurut catatan terakhir Kemlu pada Oktober lalu, terdapat 1.200 anggota kontingen Indonesia yang bertugas di Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL). Mereka ditempatkan di Lebanon selatan, sepanjang perbatasan darat dan laut Lebanon-Israel.
Ketika ditanya maksud dari Direktorat Perlindungan WNI dan KBRI Beirut berada di siaga satu, Iqbal menjelaskan bahwa di semua KBRI memiliki rencana kontingensi yang terdiri dari siaga 1, 2, dan 3, dengan siaga satu yang paling tinggi. “Ini sekarang sudah masuk ke siaga satu dari siaga tiga. Kondisinya kami siap melakukan evakuasi secepat mungkin,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa evakuasi WNI bersifat sukarela, dan tugas pemerintah hanya mempersiapkan dan memfasilitasi prosesnya. “Perkara WNI-nya mau atau tidak dievakuasi, itu persoalan lain karena kami tidak bisa memaksa untuk evakuasi,” kata dia.
NABIILA AZZAHRA A. | REUTERS
Pilihan Editor: Israel Fokuskan Serangan di Gaza Selatan, 14 Orang Tewas, 9 di Antaranya Anak-anak