TEMPO.CO, Jakarta - Tim penyelamat berpacu dengan waktu pada Rabu, 3 Januari 2024, untuk mencari korban gempa bumi di Jepang barat yang menewaskan sedikitnya 65 orang, sementara para pengungsi terus menunggu bantuan lebih lanjut di tengah suhu yang sangat dingin dan hujan lebat.
Gempa Jepang yang berkekuatan awal 7,6 skala Richter melanda semenanjung Noto pada Hari Tahun Baru, meratakan rumah-rumah dan memutus aliran bantuan ke daerah-daerah terpencil.
Hujan lebat diperkirakan akan turun di daerah yang terkena gempa pada Rabu, meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya tanah longsor yang selanjutnya dapat menghambat upaya untuk membebaskan lebih banyak orang yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Jalan-jalan yang rusak, infrastruktur yang rusak, dan lokasi terpencil di daerah yang terkena dampak paling parah telah mempersulit upaya penyelamatan. Tingkat kerusakan dan korban jiwa masih belum jelas dua hari setelah gempa.
Citra satelit dari Maxar Technologies menunjukkan kerusakan parah di wilayah pesisir, memperlihatkan bangunan-bangunan hancur dan perahu-perahu terbalik.
Di Suzu, sebuah kota berpenduduk sekitar 13.000 orang di dekat pusat gempa, 90% rumah mungkin hancur, kata wali kota pada Selasa, dan menyebut kerusakan tersebut sebagai “bencana besar”.
Prefektur Ishikawa telah mengkonfirmasi 65 kematian, naik dari 55 kematian pada Selasa malam, menjadikan gempa bumi ini yang paling mematikan di Jepang setidaknya sejak 2016. Beberapa kota telah melaporkan kematian tambahan, sehingga jumlah total kematian mencapai 73, menurut kantor berita Kyodo.
Gempa yang lebih kecil terus melanda semenanjung tersebut.
Petugas pemadam kebakaran dari prefektur Osaka dan Nara terus melanjutkan perjalanan meskipun terjadi hujan dan gempa susulan di kota Wajima yang terkena dampak paling parah, mencari seorang wanita yang terperangkap dalam struktur kayu yang tertimpa bangunan tujuh lantai yang roboh akibat gempa dan mendarat di sisinya.
Tim penyelamat sedang memindahkan puing-puing untuk mencoba menjangkau wanita tersebut, yang tidak menunjukkan tanda-tanda vital, kata seorang petugas pemadam kebakaran.
Mereka berlari keluar dari bawah bangunan yang runtuh ketika alarm peringatan gempa kembali berbunyi pada Rabu malam. Sekitar 500 getaran telah terdeteksi sejak gempa pertama pada Senin, menurut Badan Meteorologi Jepang.
Pemerintah membuka jalur laut untuk mengirimkan bantuan dan beberapa truk yang lebih besar kini dapat menjangkau beberapa daerah yang lebih terpencil, kata Perdana Menteri Fumio Kishida pada konferensi pers setelah pertemuan tanggap bencana nasional.
“Sudah lebih dari 40 jam sejak gempa pertama terjadi. Ini adalah pertarungan melawan waktu, dan saya yakin sekarang adalah momen krusial dalam pertarungan tersebut,” ujarnya.