TEMPO.CO, Jakarta - Departemen Luar Negeri AS pada Selasa mengecam pernyataan Menteri Israel Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir. Menteri Keuangan Smotrich, pada hari Minggu menyerukan warga Palestina di Gaza untuk meninggalkan daerah kantong yang terkepung. Menteri Keamanan Nasional Ben-Gvir juga mengatakan perang di Gaza memberikan peluang untuk berkonsentrasi mendorong migrasi penduduk Gaza.
Pernyataan Smotrich dan Ben-Gvir dinilai menghasut dan tidak bertanggung jawab. "Retorika ini menghasut dan tidak bertanggung jawab. Kami telah diberitahu berulang kali dan konsisten oleh pemerintah Israel, termasuk oleh Perdana Menteri, bahwa pernyataan seperti itu tidak mencerminkan kebijakan pemerintah Israel," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan. Menurut AS, pernyataan seperti itu harus segera dihentikan.
“Kami sudah jelas, konsisten, dan tegas bahwa Gaza adalah tanah Palestina dan akan tetap menjadi tanah Palestina, dengan Hamas tidak lagi mengendalikan masa depannya dan tidak ada kelompok teror yang dapat mengancam Israel,” menurut pernyataan resmi AS.
Partai Zionisme Religius sayap kanan Smotrich mendapat dukungan dari komunitas pemukim Israel dan membantu Netanyahu mendapatkan suara untuk menjadi perdana menteri. Netanyahu untuk keenam kalinya menjabat sebagai perdana menteri Israel tahun lalu.
Pernyataan Ben-Gvir sebelumnya juga membuat Presiden AS Joe Biden kesal. Ben-Gvir pada Desember mengatakan bahwa menteri Israel dan sekutunya ingin melakukan pembalasan terhadap semua warga Palestina.
Serangan kelompok Islam Palestina Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel menewaskan 1.200 orang, menurut penghitungan Israel. Serangan Israel selanjutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 22.000 orang, menurut kementerian kesehatan setempat.
Komentar para menteri tersebut tampaknya menggarisbawahi ketakutan di sebagian besar dunia Arab bahwa Israel ingin mengusir warga Palestina dari Gaza. Hal ini mengulangi perampasan massal warga Palestina ketika Israel didirikan pada 1948.
REUTERS
Pilihan editor: Rektor Universitas Harvard Mundur, Dampak Perang Israel Hamas