TEMPO.CO, Jakarta -Organisasi antikemiskinan Oxfam menyebut kelaparan di Gaza sebagai kejahatan perang yang sedang dilangsungkan oleh Israel.
Direktur regional Oxfam untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Sally Abi Khalil, mengeluarkan pernyataan tersebut sebagai tanggapan terhadap laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang dirilis pada Kamis, 21 Desember 2023 mengenai risiko kelaparan di Gaza.
Laporan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut menemukan lebih dari 90 persen populasi Gaza atau sekitar 2,08 juta orang berada di fase ketiga dalam skala IPC, yaitu fase krisis.
Kelima fase yang ada dari satu sampai lima yaitu minimal, tertekan, krisis, darurat, dan bencana kelaparan.
Fase ketiga berarti setidaknya 20 persen rumah tangga di suatu wilayah mengalami dampak krisis atau lebih buruk lagi, dan tingkat malnutrisi akut diperkirakan berkisar antara 10 dan 15 persen.
“Terdapat risiko kelaparan dan hal ini meningkat setiap harinya karena situasi peperangan yang intens, dan terbatasnya akses kemanusiaan saat ini terus berlanjut atau memburuk,” kata laporan IPC.
Menanggapi hal tersebut, Khalil mengatakan, “Kejatuhan Gaza yang mengejutkan ke dalam kelaparan sangat mudah ditebak dan bahkan direncanakan, sebuah kejahatan perang yang sedang dilangsungkan oleh Pemerintah Israel.”
Dia mengatakan hal ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa serangan Israel telah menghancurkan sistem pangan Gaza yang sudah rapuh.
Jika tidak ada gencatan senjata segera dan peningkatan bantuan kemanusiaan secara besar-besaran, katanya, Gaza berisiko mengalami bencana kelaparan.
Organisasi hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) dalam laporan terpisah mengatakan Israel membiarkan warga sipil Gaza kelaparan sebagai metode perang.
Pasukan Israel sengaja menghalangi pengiriman air, makanan, dan bahan bakar serta sengaja menghalangi bantuan kemanusiaan, kata HRW pada Senin, 18 Desember 2023.
Distribusi bantuan kemanusiaan ke Gaza terhambat oleh operasi militer, inspeksi bantuan yang diminta oleh Israel, pemadaman komunikasi, dan kekurangan bahan bakar.
Beberapa warga yang putus asa telah melompat ke truk bantuan untuk mencoba mendapatkan pasokan makanan dan barang-barang lainnya yang langka.
Situasi ini berlangsung ketika Dewan Keamanan PBB terus menunda pemungutan suara untuk rancangan resolusi mengenai gencatan senjata dan akses bantuan kemanusiaan di wilayah kantong tersebut.
“Ketika lebih dari 90 persen warga Gaza tidak bisa mendapatkan makanan berikutnya, beberapa negara anggota Dewan Keamanan PBB masih bermain-main dengan kata-kata dibandingkan memilih gencatan senjata,” ucap Khalil.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 20.057 warga Palestina dan melukai 53.320 lainnya, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Sementara, hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas dan lebih dari 130 sandera masih ditahan di Gaza, menurut penghitungan resmi Israel.
Pilihan Editor: HRW: Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata Perang di Gaza
ANADOLU | REUTERS