Diracun
Navalny mendapat kekaguman dari berbagai oposisi Rusia karena secara sukarela kembali ke Rusia pada tahun 2021 dari Jerman, tempat ia dirawat karena tes laboratorium Barat menunjukkan upaya untuk meracuninya dengan agen saraf.
Navalny mengatakan dia diracun di Siberia pada Agustus 2020. Kremlin membantah mencoba membunuhnya dan mengatakan tidak ada bukti dia diracuni dengan agen saraf.
Para pendukungnya menganggapnya sebagai Nelson Mandela dari Afrika Selatan versi Rusia yang suatu hari akan bebas dari penjara untuk memimpin negaranya.
Namun pihak berwenang Rusia memandang dia dan para pendukungnya sebagai ekstremis yang memiliki hubungan dengan badan intelijen CIA yang berupaya mengganggu stabilitas Rusia. Mereka telah melarang gerakannya, memaksa banyak pengikutnya mengungsi ke luar negeri.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pada Senin bahwa Washington sangat prihatin dengan kesejahteraan Navalny dan telah mengingatkan pihak berwenang Rusia bahwa mereka bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya.
Kremlin, yang menyatakan tidak melacak pergerakan masing-masing tahanan, meminta Miller dan rekan-rekannya untuk mengurus urusan mereka sendiri.
Ketika ditanya pada Jumat apakah Kremlin memiliki informasi tentang apa yang terjadi pada Navalny, juru bicara Dmitry Peskov mengatakan: "Tidak. Saya ulangi lagi: kami tidak memiliki kapasitas, atau hak, atau keinginan, untuk melacak nasib para tahanan yang sedang menjalani hukuman berdasarkan perintah pengadilan."
REUTERS
Pilihan Editor: Pejabat AS: Yahya Sinwar Tinggal Menghitung Waktu