TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hamas Yahya Sinwar “hanya tinggal menghitung hari,” kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden pada Kamis, 14 Desember 2023, dan berjanji untuk memastikan keadilan ditegakkan.
“Saya pikir aman untuk mengatakan bahwa Dia tinggal menghitung hari… Dia memiliki darah Amerika di tangannya; 38 orang Amerika terbunuh pada tanggal 7 Oktober, dan dia masih menyandera sejumlah orang Amerika,” kata pejabat itu kepada wartawan saat melakukan panggilan telepon untuk membahas perjalanan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan ke Israel dan Palestina.
“Jadi, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, tapi keadilan akan ditegakkan,” kata pejabat yang enggan disebutkan namanya itu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya berkomitmen untuk membunuh Sinwar dan memusnahkan Hamas dan para pemimpin utamanya.
Sinwar dan segelintir pejabat Hamas lainnya merencanakan serangan 7 Oktober terhadap Israel, menewaskan lebih dari 1.000 orang dan menyandera ratusan lainnya. Ini adalah salah satu serangan paling mematikan yang pernah dihadapi Israel.
Meski demikian, kampanye militer Israel yang terjadi kemudian menuai kecaman luas dari komunitas internasional. AS telah menjadi pembela setia hak Israel untuk merespons dan melenyapkan Hamas dan kendalinya atas Gaza; Namun, jumlah korban warga sipil telah membuat Washington frustrasi dalam beberapa pekan terakhir.
Sullivan, staf utama Presiden Joe Biden di Gedung Putih, mengunjungi Israel pada Kamis, bertemu dengan para pemimpin tertinggi negara tersebut. Dia mengadakan dua pertemuan dengan Netanyahu, satu sebelum pertemuan Kabinet Perang dan satu lagi setelahnya.
Pertemuan kedua membahas ekspektasi “saat kita melewati minggu-minggu mendatang atau menjelang akhir tahun dan memasuki awal bulan Januari,” kata pejabat senior pemerintah.
“Diskusi berat” juga diadakan mengenai upaya Israel untuk melindungi warga sipil serta pembicaraan rinci mengenai situasi kemanusiaan di Gaza. Israel awalnya menolak mengizinkan bantuan kemanusiaan, termasuk obat-obatan dan makanan ke Jalur Gaza, namun kemudian menyetujuinya setelah mendapat tekanan dari AS.
Laporan yang mengutip para pejabat AS mengatakan bahwa Biden ingin militer Israel menyelesaikan kampanye militernya dalam tiga hingga empat minggu ke depan. Biden mengatakan pekan ini bahwa Israel kehilangan dukungan internasional atas apa yang disebutnya sebagai pemboman tanpa pandang bulu di Gaza. Presiden AS juga mengecam pemerintahan Netanyahu, dan menuduh kabinet paling ekstrem dalam sejarah Israel tidak menginginkan solusi dua negara dengan Palestina.
Pejabat senior pemerintah mengatakan pelaporan mengenai jangka waktu operasi Israel “tidak sepenuhnya akurat.” Namun, dia mengatakan para pejabat AS dan Israel membahas peralihan penekanan saat ini dari operasi berintensitas tinggi ke fokus berintensitas rendah pada target bernilai tinggi.