TEMPO.CO, Jakarta - Sindikat Jurnalis Palestina mengumumkan bahwa 67 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Dalam siaran persnya, Sindikat Jurnalis Palestina mengumumkan pembunuhan baru-baru ini terhadap tiga rekannya. Mereka adalah seorang profesor Media di Universitas Gaza, Adham Hassoneh, dan dua juru kamera, Abdullah Darwish serta Montaser Al-Sawaf.
Pembunuhan mereka menjadikan jumlah total jurnalis dan pekerja media yang terbunuh di Gaza sejak awal agresi pada 7 Oktober menjadi 67 orang. Mohammed al-Laham, ketua Komite Kebebasan di Sindikat Jurnalis Palestina, mengatakan bahwa pemantauan dan pendokumentasian data sangat sulit, karena terus berlanjutnya serangan intensif Israel.
Al-Laham juga mencatat bahwa sindikat tersebut telah kehilangan kontak dengan dua jurnalis sejak hari pertama agresi. Mereka diidentifikasi sebagai Nidal al-Wahidi dan Haytham Abed al-Wahad. Nasib mereka tidak diketahui.
Kantor berita resmi Palestina WAFA mengutip al-Laham yang mengatakan bahwa komite juga tidak dapat memastikan apakah jurnalis perempuan Ala'a al-Hasanat masih hidup. Meskipun sumber melaporkan bahwa dia mungkin masih hidup, komite belum dapat memastikannya, menurut WAFA.
Perang Israel-Hamas telah menyebabkan lebih banyak jurnalis terbunuh pada bulan pertama konflik dibandingkan konflik lainnya sejak Comitte Protect Journalist atau CPJ pertama kali mulai menyusun statistik jurnalis yang meliput konflik pada 1992.
Dilansir dari Al Jazeera, Christophe Deloire, sekretaris jenderal RSF, membandingkan jumlah korban dari kalangan jurnalis di Israel, dengan beberapa perang lainnya.
Dalam perang antara Rusia dan Ukraina, total 17 jurnalis telah terbunuh sejak perang dimulai pada 2022. Pembunuhan terakhir yang dilaporkan adalah juru kamera Prancis Frederic Leclerc-Imhoff yang terbunuh pada bulan Mei.
Invasi yang dipimpin AS ke Irak memicu perang yang sangat mematikan bagi jurnalis dan menjadi tren yang terus berlanjut. Menurut CPJ, 283 jurnalis telah terbunuh di Irak sejak 2003. Itu termasuk 11 orang yang terbunuh pada bulan pertama perang, antara bulan Maret dan April 2003.
Perang di Suriah tidak menimbulkan korban jiwa pada jurnalis pada bulan pertama konflik pada tahun 2011, meskipun jumlah korban di sana meningkat secara dramatis menjadi antara 270 dan 715 orang, menurut Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah.
Sebagai perbandingan, 63 jurnalis tewas dalam Perang Vietnam yang berlangsung selama dua dekade. Total 69 jurnalis tewas dalam Perang Dunia II yang berlangsung 1939-1945, perang paling berdarah yang pernah terjadi di dunia modern.
Padahal berdasarkan hukum humaniter internasional, jurnalis dan warga sipil semestinya dilindungi. Jurnalis harus diberi kebebasan dan perlindungan untuk melakukan pekerjaannya tanpa campur tangan yang tidak semestinya. Namun pada minggu-minggu pertama perang, tentara Israel mengeluarkan pernyataan kepada kantor berita internasional, menyatakan bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan jurnalis mereka yang beroperasi di Jalur Gaza.
PALESTINE CHRONICLE | WAFA | AL JAZEERA
Pilihan editor: Hari Pertama Serangan Israel ke Gaza setelah Gencatan Senjata, Sedikitnya 109 Warga Palestina Tewas