Washington Ingin Perang Berlanjut
Militer pendudukan Israel menyatakan pada tahap awal perang bahwa serangan udaranya ditujukan untuk menimbulkan “kerusakan maksimum.” Di sisi lain, Washington berulang kali menegaskan, yang terbaru pada minggu lalu, bahwa mereka tidak mendikte atau mengkondisikan bagaimana Israel menggunakan senjata buatan Amerika yang dikirimkan kepada mereka oleh Amerika Serikat.
Menurut UNRWA, ratusan ribu rumah tinggal menjadi tidak layak huni akibat serangan Israel, kini hancur total atau rusak parah.
Dalam perkiraan terbarunya, organisasi hak asasi manusia tersebut mengatakan bahwa hampir 1,8 juta orang telah menjadi pengungsi di wilayah tersebut, yang merupakan sekitar 80% dari total populasi, dengan hampir 191.000 orang mencari perlindungan di 124 instalasi UNRWA, termasuk yang berada di Gaza utara.
Selain itu, rumah sakit yang dulunya merupakan tempat berlindung bagi puluhan ribu warga sipil di wilayah utara kini tidak dapat digunakan lagi karena pengeboman dan blokade Israel, sehingga memaksa orang-orang yang menemukan tempat berlindung di kompleks medis untuk mengungsi lagi untuk mencari tempat tinggal di selatan.
Komunitas internasional, termasuk PBB, terus menganjurkan gencatan senjata permanen, sebuah sikap yang tidak sepenuhnya dianut oleh pemerintahan Biden, yang mendukung perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Pada Jumat, beberapa jam setelah perpanjangan gencatan senjata sementara berakhir, Juru Bicara Keamanan Nasional AS John Kirby menegaskan bahwa AS mendukung dimulainya kembali pengeboman oleh Israel di Gaza, namun menegaskan bahwa mereka “mempertimbangkan batasan hukum perang dengan meminimalkan korban sipil."
Sementara itu, sehari setelah berakhirnya perjanjian gencatan senjata, lebih dari 190 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza.
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: SpaceX Luncurkan Satelit Mata-mata Korea Selatan dari California