Putin jelang Pilpres Rusia: Barat Jangan Ikut Campur

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Vladimir Putin memperingatkan negara-negara Barat menjelang pemilu Rusia pada Maret 2024. Menurutnya campur tangan asing apa pun di Rusia akan dianggap sebagai tindakan agresi.

Putin menyampaikan ini saat berbicara kepada Dewan Rakyat Rusia Sedunia di Moskow pada Selasa, 28 November 2023. Acara itu dipimpin oleh kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill. Gambar Putin ditampilkan di layar raksasa di samping dua salinan ikon Ortodoks kuno. Ikon-ikon semacam itu bergaya – sering kali disepuh, lukisan keagamaan yang dianggap suci di gereja-gereja Ortodoks.

Pemimpin Kremlin mengatakan bahwa negara-negara Barat dilanda Russophobia rasis yang menjadikan Rusia sebagai bangsa “budak” yang terbelakang. Ia memperingatkan bahwa Amerika Serikat diduga ingin memecah belah dan menjarah sumber daya Rusia yang sangat besar.

“Saya ingin menggarisbawahi: Kami menganggap segala campur tangan dari luar, provokasi yang ditujukan untuk menimbulkan konflik antaretnis atau antaragama sebagai tindakan agresif terhadap negara kami,” kata Putin dalam pidatonya dikutip Reuters.

“Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa segala upaya untuk menabur perselisihan antaretnis dan antaragama, memecah belah masyarakat kita adalah sebuah pengkhianatan, sebuah kejahatan terhadap seluruh Rusia. Kami tidak akan membiarkan siapa pun memecah belah Rusia.”

Putin, 71 tahun, memperingatkan bahwa masyarakat Rusia sendiri harus mengingat pelajaran dari Revolusi Bolshevik tahun 1917, perang saudara, dan jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, yang menurutnya telah memungkinkan perpecahan masyarakat Rusia.

Negara-negara Barat menganggap Putin sebagai seorang diktator yang telah memimpin Rusia melakukan perampasan tanah bergaya kekaisaran yang telah melemahkan Rusia dan membentuk negara Ukraina, sekaligus menyatukan Barat dan menyerahkan misi pasca-Perang Dingin kepada NATO.

Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 telah menyebabkan konfrontasi paling serius antara Moskow dan negara-negara Barat sejak krisis rudal Kuba tahun 1962. Ketegangan geopolitik ini mendorong Putin untuk beralih ke Cina.

Kampanye pemilihan presiden di Rusia akan dimulai bulan depan. Putin diperkirakan akan mencalonkan diri. Langkah ini akan memastikan setidaknya enam tahun lagi kepemimpinan mantan mata-mata KGB tersebut.

Putin telah berkuasa sejak tahun 2012, dan sebelumnya, sejak tahun 2000. hingga tahun 2008.

Gereja Ortodoks Rusia adalah institusi pendukung perang Rusia di Ukraina. Putin mendukung konservatisme gereja tersebut sebagai bagian dari visinya untuk identitas nasional Rusia. Patriark Kirill dalam acara Dewan Rakyat Rusia Sedunia di Moskow mengatakan dia akan berdoa agar Putin melanjutkan pekerjaannya demi “kepentingan” Rusia dan rakyatnya.

REUTERS

Pilihan Editor: Kondisi Gaza di Hari ke-5 Gencatan Senjata Israel dan Hamas