TEMPO.CO, Jakarta - Jerman akan mendukung Ukraina dengan paket bantuan militer lainnya senilai 1,3 miliar euro atau Rp22 triliun lebih yang akan mencakup empat unit pertahanan udara tambahan IRIS-T, kata Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius di Kyiv, Selasa, 21 November 2023.
Sementara korban jiwa akibat invasi Rusia ke Ukraina ini sudah mencapai 10 ribu jiwa warga sipil, demikian data dari Kantor Hak Asasi Manusia PBB .
Berlin berjanji memasok delapan sistem IRIS-T ke Kyiv, yang tiga di antaranya telah dikirimkan. Ukraina menggunakannya terutama untuk mencegah serangan rudal Rusia.
Paket dukungan tersebut juga akan terdiri dari 20.000 peluru artileri 155mm serta ranjau anti-tank, kata Pistorius kepada wartawan, berbicara bersama timpalannya dari Ukraina Rustem Umerov.
“Saya yakin ini akan membantu Anda dalam perjuangan melawan agresi Rusia,” katanya. “Ini menggarisbawahi bahwa kami mendukung Ukraina secara berkelanjutan dan dapat diandalkan.”
Peluru artileri ini merupakan tambahan dari 140.000 peluru 155mm yang Jerman janjikan akan dikirim tahun depan, kata Pistorius.
Dalam kesempatan terpisah, Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengumumkan lebih dari 10.000 warga sipil telah terbunuh di Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022, dengan sekitar setengah dari kematian baru-baru ini terjadi jauh di belakang garis depan.
Misi hak asasi manusia PBB di Ukraina, yang memiliki puluhan pemantau di negara tersebut, memperkirakan jumlah korban sebenarnya akan “jauh lebih tinggi” dibandingkan penghitungan resmi karena upaya pembuktian masih berlangsung.
Hal ini mencakup peristiwa-peristiwa pada bulan-bulan pertama setelah invasi, seperti pertempuran untuk menguasai Mariupol, di mana penduduk melaporkan tingginya korban sipil.
“Sepuluh ribu kematian warga sipil merupakan tonggak sejarah yang suram bagi Ukraina,” kata Danielle Bell, yang memimpin misi pemantauan.
“Perang Federasi Rusia melawan Ukraina, yang kini memasuki bulan ke-21, berisiko berkembang menjadi konflik berkepanjangan, dengan korban jiwa yang sangat besar,” katanya.
Sebagian besar kematian disebabkan oleh senjata peledak dengan dampak luas seperti peluru, rudal dan munisi tandan, kata PBB.
Hampir setengah dari kematian dalam tiga bulan terakhir terjadi jauh di luar garis depan, kata PBB, dan menghubungkan hal ini dengan penggunaan rudal jarak jauh oleh pasukan Rusia.
Data PBB menunjukkan bahwa orang lanjut usia yang tidak mampu atau tidak mau pindah ke tempat lebih aman merupakan bagian yang tidak proporsional dari korban tewas di Ukraina.
Lebih dari sepertiga korban yang dikonfirmasi berusia di atas 60 tahun, sedangkan kelompok usia ini hanya seperempat dari total populasi. Moskow membantah sengaja menargetkan warga sipil.
REUTERS
Pilihan Editor Mengapa Palestina Belum Diakui Sebagai Negara Merdeka?