TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpendapat Otoritas Palestina (PA) yang ada saat ini tidak seharusnya memerintah Jalur Gaza karena membuat masa depan wilayah kantong pesisir tersebut setelah okupasi Israel, kian samar. Namun, orang nomor satu di Israel tersebut tidak menyebutkan siapa yang harus memerintah wilayah tersebut setelah pertempuran selesai, dan hanya menyatakan bahwa Israel akan menjaga keamanan secara keseluruhan.
Sementara, Amerika Serikat sebagai sekutu Israel menyatakan Israel tidak dapat menduduki wilayah Gaza setelah perang. Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada Rabu, 8 November 2023 mengatakan pemerintahan Gaza harus bersatu kembali dengan Tepi Barat, yang sebagian dikelola oleh Otoritas Palestina (PA).
Presiden PA Mahmoud Abbas pada Jumat, 10 November 2023 mengatakan bahwa PA dapat memainkan peran di masa depan dalam mengatur Jalur Gaza, namun Netanyahu mengindikasikan pada Sabtu malam, 11 November 2023 bahwa ia tidak ingin penguasa PA saat ini diberikan kebebasan mengendalikan Gaza.
Dalam konferensi pers, Netanyahu mengutarakan keluhannya mengenai silabus sekolah PA, yang menurutnya memicu kebencian terhadap Israel, dan kebijakan PA dalam memberikan gaji kepada keluarga warga Palestina yang dipenjara di Israel. Organisasi seperti itu seharusnya tidak mengambil alih Gaza, katanya kepada wartawan.
Berbicara kepada NBC News pada Minggu , 12 November 2023, ia bahkan lebih tegas lagi soal pandangannya dengan mengatakan Jalur Gaza membutuhkan pemerintahan yang berbeda. Netanyahu juga sebelumnya berjanji menghancurkan kelompok militan Hamas yang menjadi pemerintah di Jalur Gaza, yang telah melancarkan penyerbuan ke Israel pada 7 Oktober 2023.
“Kita memerlukan otoritas yang berbeda. Kita memerlukan pemerintahan yang berbeda,” katanya. Ketika ditanya seperti apa bentuk otoritas yang dia harapkan, ia menjawab: “Saya pikir masih terlalu dini untuk mengatakannya.”
Juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeineh, mengatakan Israel berusaha melanggengkan perpecahan antara dua wilayah Palestina yang mencakup Tepi Barat — yang diduduki Israel — dan Gaza.
“Upaya Israel untuk memisahkan Gaza dari Tepi Barat akan gagal, dan hal itu tidak akan diizinkan, apa pun tekanannya,” katanya kepada Reuters.
PA dulunya menguasai Tepi Barat dan Gaza, sebelum digulingkan pada 2007 setelah perang saudara singkat dengan Hamas. Meskipun pemerintah negara-negara Barat ingin melibatkan PA dalam masa depan Gaza, para diplomat mengatakan ada kekhawatiran bahwa Abbas yang kini berusia 87 tahun tidak memiliki wewenang atau dukungan yang cukup dari rakyatnya untuk mengambil alih kekuasaan.
“Saat ini, tidak ada gambaran jelas tentang apa yang mungkin terjadi di Gaza setelah pertempuran berhenti,” kata seorang diplomat yang berbasis di Yerusalem.
REUTERS
Pilihan Editor: Benjamin Netanyahu Minta Negara-negara Barat Jangan Takluk dengan Tekanan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini