2. Jurnalis Palestina Mengetahui Rencana Hamas Menyerang Israel
Jurnalis Reuters Palestina Mohammed Salem yang meliput pemboman Israel di Gaza, berpose untuk foto saat dia bekerja di atap di Kota Gaza 12 Oktober 2023. REUTERS/Arafat Barbakh
Selama serangan mematikan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, Komite Keselamatan Jurnalis (CPJ) melaporkan 40 jurnalis tewas hingga 10 November 2023. CPJ menyebut 35 jurnalis adalah warga Palestina, 4 warga Israel dan seorang pewarta foto Reuters berkebangsaan Lebanon.
Sebagian besar jurnalis Palestina tewas tidak saat bekerja, melainkan dalam pengeboman rumah mereka oleh Israel.
Di saat angka kematian jurnalis di Gaza, tertinggi saat konflik sejak 1992 menurut CJP, tiba-tiba sebuah organisasi yang mengklaim sebagai pengawas media asal Israel, menuding jurnalis Palestina terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
HonestReporting – yang menggambarkan dirinya sebagai organisasi nirlaba yang berfokus pada “bias media anti-Israel” – melaporkan jurnalis foto lepas Palestina yang mendokumentasikan serangan Hamas, terlibat dalam serangan tersebut.
“Apakah ini dikoordinasikan dengan Hamas?” kata laporan tersebut. “Apakah masuk akal untuk berasumsi bahwa ‘jurnalis’ muncul begitu saja di pagi hari di perbatasan tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan para teroris? Atau apakah mereka bagian dari rencana?”
Laporan ini membuat pemerintah Israel menjustifikasi serangan terhadap jurnalis yang dianggap membela Hamas.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, “Para jurnalis ini adalah kaki tangan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.” Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan jurnalis yang mengetahui pembantaian tersebut namun bertindak “sebagai penonton” harus diperlakukan sebagai teroris.
Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi menulis kepada media bahwa “orang-orang tertentu” yang bekerja untuk mereka “memiliki pengetahuan sebelumnya tentang tindakan mengerikan ini.” Sebuah unggahan di media sosial yang menyertainya mengatakan bahwa siapa pun yang tetap diam mengenai serangan tersebut sebelumnya harus diperlakukan seperti teroris.
Danny Danon, anggota parlemen Israel dan mantan perwakilan tetap pemerintah untuk PBB, mencatat bahwa badan keamanan dalam negeri Israel telah mengumumkan akan “menghilangkan semua peserta pembantaian 7 Oktober.”
“Para ‘jurnalis foto’ yang mengambil bagian dalam rekaman penyerangan itu akan ditambahkan ke daftar itu,” kata Danon.
Namun, Direktur eksekutif HonestReporting menarik kembali implikasi dari laporan kelompok tersebut, dengan mengatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung anggapan bahwa para jurnalis terlibat dalam serangan tersebut.
Sehari setelah laporan tersebut diterbitkan, Direktur Eksekutif HonestReporting Gil Hoffman, mantan reporter Jerusalem Post, mengatakan kepada The Associated Press bahwa organisasinya hanya “mengajukan pertanyaan” dan mengakui bahwa mereka tidak memiliki bukti bahwa para jurnalis tersebut terlibat dalam serangan tersebut.
Pada saat itu, kerusakan telah terjadi, dan baik jurnalis foto maupun media yang mencetak karya mereka telah berjuang untuk melindungi keselamatan mereka, mempertahankan reputasi mereka dan menjauhkan diri dari tuduhan terorisme.