TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban sipil yang tewas akibat agresi militer Israel di Gaza mencapai 10.000 orang. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan perang Rusia Ukraina yang sudah berlangsung sejak Februari dua tahun lalu.
Kantor berita Anadolu, mengumpulkan dan membandingkan korban sipil di Gaza akibat perang Israel Hamas sejak 7 Oktober 2023 dan dimulainya perang Rusia-Ukraina sejak 24 Februari 2022. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel di wilayah kantong Palestina yang terkepung sejauh ini telah menewaskan 10.022 warga Palestina, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 wanita, serta melukai sedikitnya 24.000 orang.
Di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki, pasukan Israel dan pemukim Yahudi telah membunuh 155 warga Palestina selama 31 hari terakhir. Pada 8 Oktober 2023, total 9.806 warga sipil telah terbunuh di Ukraina sejak awal perang dengan Rusia.
Hal ini berarti lebih banyak warga sipil yang terbunuh di Gaza selama sebulan terakhir dibandingkan di Ukraina, yaitu 20 kali lebih banyak dari jumlah tersebut. Banyaknya korban tewas menunjukkan betapa parahnya serangan Israel.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 40 persen dari 7.028 warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober adalah anak-anak. Sekitar lima anak terbunuh setiap jam di Gaza.
LSM Save The Children yang berbasis di Inggris mengungkapkan bahwa jumlah anak di bawah umur yang terbunuh di Palestina dalam tiga minggu terakhir saja melampaui jumlah korban tewas dalam konflik di seluruh dunia pada 2020, 2021, dan 2022.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pada Senin, 6 November 2023, bahwa Gaza telah menjadi kuburan untuk anak-anak. Ia mendesak agar dilakukan gencatan senjata di daerah kantong tersebut.
Baik Israel maupun militan Hamas yang menguasai Gaza telah menolak tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata. Israel mengatakan sandera oleh Hamas saat mereka mengamuk di Israel selatan pada 7 Oktober harus dibebaskan terlebih dahulu. Sebaliknya Hamas mengatakan tidak akan membebaskan sandera atau menghentikan pertempuran ketika Gaza diserang.
“Operasi darat oleh Pasukan Pertahanan Israel dan pemboman yang terus berlanjut menghantam warga sipil, rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, gereja dan fasilitas PBB, termasuk tempat penampungan. Tidak ada yang aman,” kata Guterres.
“Pada saat yang sama, Hamas dan militan lainnya menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan terus meluncurkan roket tanpa pandang bulu ke arah Israel,” katanya. Ia menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat terhadap semua sandera.
Pasukan Israel mengebom Rumah Sakit Baptis Al-Ahli Arabi dan Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza, menewaskan ribuan warga sipil, Israel juga menargetkan lingkungan sekitar rumah sakit lain yang berafiliasi dengan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dan Indonesia.
ANADOLU | REUTERS
Pilihan Editor: Presiden Aljazair Serukan ICC Agar Minta Pertanggungjawaban Israel