TEMPO.CO, Jakarta - Sejak serangan besar-besaran Israel ke Gaza tiga minggu yang lalu, banyak warga Palestina yang menjadi korban. Serangan juga meluluhlantakkan rumah beserta fasilitas publik lainnya. Berbagai cara dilakukan warga Gaza, Palestina, untuk bertahan hidup di tengah perang dan agar terhindar dari serangan roket Israel yang menghantam wilayah mereka.
Selama berpuluh-puluh tahun dilanda konflik dengan Israel, Palestina bisa dibilang mengalami perekonomian yang hampir tidak pernah stabil. Tantangan ekonomi di Palestina ini makin dipersulit oleh blokade dan kendali ekonomi yang diberlakukan oleh Israel. Dalam situasi seperti ini, bagaimana cara penduduk Gaza bertahan hidup?
Bergantung pada Bantuan Internasional
Hidup dalam kondisi yang sulit seperti sekarang, praktis membuat warga Gaza mengandalkan bantuan internasional untuk menggerakkan roda ekonominya. Banyak organisasi bantuan internasional memberikan bantuan makanan, perawatan kesehatan, dan bantuan keuangan kepada penduduk Gaza.
Menurut PBB, sekitar 80 persen dari populasi Gaza bergantung pada bantuan internasional, dan sekitar satu juta orang bergantung pada bantuan makanan harian. Bantuan ini sering menjadi penopang utama dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu gudang di Deir al-Balah di tengah Gaza digunakan oleh UNRWA sebagai tempat penyimpanan pasokan yang dikirim oleh konvoi kemanusiaan yang masuk ke Gaza dari Mesir.
Bekerja di Israel
Sebagian warga Gaza bertahan hidup dengan cara bekerja di Israel yang merupakan salah satu sumber pendapatan penting bagi sebagian dari mereka. Meski begitu, proses untuk memperoleh izin kerja di Israel cukup rumit karena dibatasi oleh aturan keamanan Israel. Izin kerja umumnya diberikan untuk sektor-sektor tertentu seperti konstruksi, pertanian, dan berbagai jenis pekerjaan lainnya.
Bagi penduduk Gaza yang berhasil mendapatkan izin untuk bekerja di Israel, ini menjadi kesempatan untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka dalam situasi yang sulit Menurut data dari Biro Pusat Statistik Palestina, pada tahun 2022, terdapat sekitar 193 ribu pekerja yang bekerja di Israel dan pemukiman, di mana 29 ribu di antaranya bekerja di permukiman Yahudi.
Bekerja di Pasar Lokal
Selain bekerja di Israel, warga Gaza juga memiliki untuk menjadi pekerja di pasar lokal. Pada 2022, jumlah pekerja di pasar lokal mencapai menjadi 940 ribu. Sektor jasa dan cabang-cabang lainnya, termasuk pendidikan dan kesehatan merupakan pemberi kerja terbesar di pasar lokal. Adapun, persentase lapangan kerja lebih banyak ada di Tepi Barat dibandingkan dengan di Jalur Gaza .
Rata-rata jam kerja mingguan oleh pekerja berupah di Tepi Barat adalah 43,5 jam dibandingkan dengan 36,9 jam di Jalur Gaza. Dan rata-rata jumlah hari kerja per bulan adalah 22,7 hari di Tepi Barat dan 21,8 hari di Jalur Gaza, sebaliknya rata-rata upah harian di Tepi Barat mencapai 125,6 NIS sedangkan di Jalur Gaza mencapai 57,1 NIS.