TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan pelayat berkumpul pada Senin, 16 Oktober 2023, untuk berdoa di masjid dan meletakkan mawar putih dan kuning di kuburan seorang bocah laki-laki Muslim berusia 6 tahun yang ditikam hingga tewas oleh seorang pria, yang menurut polisi menargetkan dia dan ibunya karena mereka orang Palestina-Amerika.
Tahlilan untuk Wadea Al-Fayoume dilangsungkan di Mosque Foundation di pinggiran kota Chicago, Illinois, Amerika Serikat, oleh sebuah komunitas yang dijuluki “Little Palestine” lantaran memiliki banyak warga Amerika keturunan Palestina yang tinggal di sana.
Diduga pembunuhan Al-Fayoume dilakukan sebagai respons terhadap perang Hamas vs Israel yang pertempuran terbarunya dimulai pada Sabtu dua pekan lalu, kata para pejabat dan aktivis hak-hak Muslim, Ahad, 15 Oktober 2023.
Bendera Palestina terlihat digantung di jendela mobil dalam prosesi menuju masjid, di mana ada papan reklame digital bertuliskan, “Berhenti menghasut kekerasan dan kebencian terhadap komunitas Palestina, Arab, dan Muslim.”
Perempuan dan anak-anak berkerumun dan menangis di basemen masjid, sementara di luar, puluhan orang mengapit pengeras suara, termasuk dua pria yang mengibarkan bendera Palestina. Para pelayat meneriakkan “Bebaskan Palestina” di lokasi pemakaman.
“Sungguh memilukan. Anak ini tidak pantas mati atas kejadian di luar negeri,” kata Juhie Faheem, salah satu pelayat dan tetangga keluarga di Plainfield Township. “Apa yang terjadi di Plainfield akan membuat orang mengerti bahwa kejadian ini sangat dekat dan anak ini dibunuh karena dia Muslim, tapi dia bisa saja berasal dari ras apa pun, etnis apa pun.”
Eskalasi konflik antara Israel dan Hamas telah membuat komunitas Yahudi dan Muslim Palestina di Amerika Serikat gelisah dan takut akan kemungkinan reaksi terhadap mereka.
Sejak pecahnya perang tersebut, kelompok hak-hak sipil Council on American-Islamic Relations (CAIR) telah melaporkan kasus-kasus pelecehan, intimidasi, vandalisme, atau unggahan fanatic di internet dari orang-orang yang menduduki jabatan penting di New York, Boston, Philadelphia, San Diego, St. Louis dan Cleveland, ditambah Austin, Texas, dan Dearborn, Michigan.
“Ini adalah hari yang berat. Ini adalah mimpi terburuk yang menjadi kenyataan,” kata direktur eksekutif kantor CAIR Chicago, Ahmed Rehab, pada Senin. “Dia anak yang baik. Mencintai keluarganya, teman-temannya. Dia menyukai sepak bola, bola basket. Dia membayar harga atas atmosfer kebencian.”
Iman Negrete, seorang warga Amerika keturunan Palestina yang tinggal di Plainfield, berasal dari kota yang sama di wilayah pendudukan Palestina dengan ibu korban. Ia menangis ketika berdiri di samping tugu peringatan darurat yang terbuat dari boneka hewan, dan mengatakan bahwa ia tidak merasa aman berada di komunitas karena latar belakangnya.
“Ini memilukan. Dia seorang Muslim, itulah yang terjadi, dia seorang Muslim dan inilah yang mereka lakukan, inilah yang dilakukan monster ini,” kata Negrete.