Kami akan Mati di Sini
Israel telah melancarkan pemboman yang dahsyat, dan bersumpah untuk memusnahkan kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza sebagai pembalasan atas amukan para pejuangnya yang menyerbu kota-kota Israel seminggu yang lalu, menembaki warga sipil dan membawa sejumlah sandera. Sekitar 1.300 orang tewas dalam serangan terburuk terhadap warga sipil dalam sejarah Israel.
Israel mengatakan perintah evakuasi adalah tindakan kemanusiaan untuk melindungi warga dari bahaya sembari membasmi pejuang Hamas. PBB mengatakan begitu banyak orang tidak dapat dipindahkan dengan aman ke dalam wilayah kantong yang terkepung tersebut tanpa menimbulkan bencana kemanusiaan.
Ratusan ribu dari 2,3 juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka, dan tetap berada di dalam Gaza, sebidang tanah kecil yang terjepit di antara Israel, Mesir, dan Laut Mediterania.
Nasib para pengungsi Palestina adalah salah satu masalah paling pelik dalam proses perdamaian Israel-Palestina yang hampir mati. Palestina dan negara-negara Arab mengatakan kesepakatan tersebut harus mencakup hak para pengungsi dan keturunan mereka untuk kembali, namun hal ini ditolak oleh Israel.
Shehada Abu Draz, 80, curiga terhadap konspirasi Amerika-Israel untuk mengusir warga Palestina ke Mesir, meskipun negara tersebut belum mengindikasikan akan membuka pintunya bagi warga Gaza yang melarikan diri.
“Kami memberitahu Amerika, Israel dan mereka yang mendukungnya bahwa kami tidak akan pernah meninggalkan Jalur Gaza. Kami akan mati di sini,” katanya.
“Israel menduduki tanah kami pada tahun 1948 dan sampai sekarang, dan kami akan terlibat dalam pertempuran melawan Israel selamanya.”
“Setiap orang yang berada di bawah pendudukan harus menolak penjajahan apapun akibatnya,” katanya.
REUTERS
Pilihane Editor: Iran Peringatkan Adanya Konsekuensi Luas Jika Israel Tak Dihentikan