TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan senjata berat yang dipasok oleh Barat dalam pertempuran sengit yang terjadi di pinggiran Bakhmut, yang direbut oleh Rusia pada Mei, menimbulkan korban jiwa yang signifikan di garis musuh, kata para komandan Ukraina kepada Reuters.
Didukung setelah perebutan desa utama Klishchiivka pekan lalu, pasukan Ukraina memuji howitzer 155 milimeter sebagai perlengkapan utama yang disediakan oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya.
Komandan unit Oleksandr mengatakan angkatan bersenjata Ukraina “sangat bergantung” pada artileri berat, termasuk senjata Krab buatan Polandia dan howitzer self-propelled M109 buatan AS.
“Bahkan satu senjata pun dapat membalikkan keadaan. Sebuah serangan dapat dihentikan dengan satu senjata tersebut,” katanya.
"Hal yang utama adalah membidik ke tempat yang diperlukan. Mereka (Rusia) membenci perangkat keras kami. Itulah yang kami kumpulkan dari pencegatan kami. Kami mendengar bahwa kami terus-terusan menyerang mereka dan mereka terus bertanya-tanya berapa banyak amunisi yang tersisa."
Oleksandr, 30, menggambarkan Klishchiivka – sebuah desa di ketinggian selatan kota Bakhmut yang hancur – sebagai “salah satu tempat yang mereka (Rusia) pertahankan.”
“Kita lihat saja ke depan. Kita akan mengembangkan keberhasilannya,” ujarnya.
Para komandan Ukraina menggambarkan perebutan Klischiivka dan Andriivka di dekatnya sebagai batu loncatan untuk merebut kembali Bakhmut, yang jatuh ke tangan Rusia setelah berbulan-bulan mengalami pertempuran terberat dalam perang tersebut.
Kemajuan ini termasuk yang paling signifikan dalam serangan balasan Ukraina, yang dimulai pada bulan Juni dan berjuang untuk menerobos garis pertahanan Rusia yang sudah mengakar.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para pejabat senior memuji kemajuan tersebut dan menolak kritik di Barat bahwa serangan balasan berjalan terlalu lambat.
REUTERS
Pilihan Editor: Skandal Watergate: Upaya Richard Nixon Memata-matai Partai Demokrat, Nyaris Terjadi Pemakzulan