TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Iran Ebrahim Raisi, seorang ulama yang mewakili negara teokratis Syiah, mengangkat Al Quran dalam Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat pada Selasa lalu. Aksi ini sebagai bagian mengutuk aksi pembakaran Al Quran yang marak terjadi di sejumlah negara Barat, termasuk Swedia dan Denmark.
“Api rasa tidak hormat tidak akan mengalahkan kebenaran ilahi,” kata Raisi, seraya menuduh Barat berusaha “mengalihkan perhatian dengan alat kebebasan berpendapat.”
“Islamofobia dan apartheid budaya yang terjadi di negara-negara Barat – terbukti dalam tindakan mulai dari penodaan Al Quran hingga pelarangan hijab di sekolah – dan berbagai diskriminasi menyedihkan lainnya tidak pantas untuk bermartabat manusia,” kata Raisi.
Dia menyinggung Perancis yang secara kontroversial melarang siswi Muslim mengenakan jilbab di sekolah.
Raisi bukan satu-satunya pemimpin negara Muslim yang membahas pembakaran Al Quran dalam Sidang Umum PBB kali ini.
Presiden Iran Ebrahim Raisi, seorang ulama yang mewakili negara teokratis Syiah, mengangkat Al Quran di mimbar PBB.
“Api rasa tidak hormat tidak akan mengalahkan kebenaran ilahi,” kata Raisi, seraya menuduh Barat berusaha “mengalihkan perhatian dengan alat kebebasan berpendapat.”
“Islamofobia dan apartheid budaya yang terjadi di negara-negara Barat – terbukti dalam tindakan mulai dari penodaan Al Quran hingga pelarangan hijab di sekolah – dan berbagai diskriminasi menyedihkan lainnya tidak pantas untuk bermartabat manusia,” kata Raisi.
Dia menyinggung Perancis yang secara kontroversial melarang siswi Muslim mengenakan jilbab di sekolah.
Pilihan Editor: Sidang Majelis Umum PBB, Para Pemimpin Muslim Kecam Barat atas Pembakaran Al Quran
AL ARABIYA