TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Emmanuel Macron menyatakan duta besar Prancis untuk Niger dan dan diplomat lainnya disandera di kedutaan Prancis. Ia berbicara kepada wartawan selama kunjungan ke wilayah Côte D'Or di Prancis pada Jumat, 15 September 2023.
Macron mengatakan bahwa pengiriman makanan ke kedutaan di Niamey dilarang. Akibatnya duta besar hanya memakan jatah militer.
"Duta Besar, Sylvain Itte, tidak bisa keluar, dia adalah persona non grata dan dia tidak diberi makanan," kata Macron.
Setelah menguasai negara Afrika Barat tersebut pada bulan Juli, junta militer memerintahkan Itte untuk meninggalkan negara tersebut. Mereka kemudian mencabut visanya dan memerintahkan polisi untuk mengusirnya.
Namun diplomat itu tetap menjabat, menurut kepresidenan Prancis. Pihak berwenang Prancis menegaskan kembali bahwa mereka tidak mengakui otoritas junta.
Ketika ditanya apakah dia akan berupaya memulangkan duta besarnya, Macron menekankan otoritas presiden terguling Niger Mohamed Bazoum. “Saya akan melakukan apa pun yang kita sepakati dengan Presiden Bazoum karena dia adalah otoritas yang sah dan saya berbicara dengannya setiap hari.”
Itte masih bekerja, menurut Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna. “Duta Besar sedang bekerja, saya bisa memastikannya, dan dia sangat berguna, masih ada tim kecil yang bersamanya,” kata Colonna dalam wawancara dengan saluran TV Prancis LCI.
Colonna menambahkan bahwa Itte akan bertahan selama diinginkan oleh pemerintah Prancis. Menarik Itte adalah keputusan Macron.
REUTERS | CNN
Pilihan Editor: Ayah Mahsa Amini Sempat Ditahan Menjelang Setahun Kematian Sang Putri