Spesifikasi Rudal Sarmat RS-28
ICBM RS-28 Sarmat, diberi nama kode Satan 2 oleh NATO, dikembangkan oleh Biro Desain JSC Makeyev dan menggantikan R-36 Voevoda, dengan nama kode Satan (Setan).
Rudal tersebut memiliki panjang 116 kaki atau setinggi gedung 14 lantai dengan berat mencapai 220 ton. Rudal dilaporkan dapat membawa hingga 15 hulu ledak nuklir ringan sebagai bagian dari Multiple Independently Targetable Re-Entry Vehicles (MIRV)," menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Setan 2 atau Sarmat diperkirakan memiliki jangkauan antara 10.000 hingga 18.000 kilometer dan disebut-sebut dapat menghancurkan Inggris.
Mengutip The National News, Presiden Vladimir Putin menyebut rudal Sarmat sebagai senjata yang benar-benar unik dan mampu mengatasi semua alat pertahanan antirudal modern.
Rudal terkuat Rusia
Sarmat tergolong misil rudal berat yang telah dikembangkan selama hampir satu dekade menggantikan Voyevoda buatan Soviet. Sarmat merupakan transformasi nuklir (termonuklir) yang dianggap sebagai ICBM Rusia paling kuat.
Pengembangan rudal Sarmat
Teknologi orbit rudal sarmat telah dipelopori Uni Soviet pada 1960-an dan 1970-an. Namun, Uni Soviet menonaktifkan dan membongkar sistem pengeboman orbit fraksional pada 1982, karena pertimbangan akurasi dan kebutuhan pertahanan yang juga dipertanyakan. Adapun kekhawatiran yang juga muncul di antara negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dianggap akan memperburuk ketegangan Perang Dingin.
Mengutip Missile Threat, sarmat dirancang untuk menggantikan SS-18 Satan ICBM Rusia yang sudah tua. RS-28 Sarmat mulai dikembangkan pada 2000-an. Setelah memberikan kontrak produksi kepada Makeyev Design Bureau dan NPOMash pada awal 2011, Rusia menyelesaikan penelitian dan pengembangan ICBM Sarmat pada 21 Juli 2011.
Setelah itu, Rusia menyelesaikan prototipe rudal pertamanya pada akhir 2015. Pada Desember 2017, Rusia melakukan pengujian pertama yang setelah itu diketahui adanya kekurangan teknis sistem peluncuran. Dua tes ejeksi silo berikutnya pada Maret dan Mei 2018, pengujian itu berhasil.
SITA PLANASARI | KAKAK INDRA PURNAMA | RAHMAT AMIN SIREGAR
Pilihan Editor: Indonesia Ikut Komentari Peta Baru Cina, Menlu Retno: Harus Sesuai UNCLOS 1982