TEMPO.CO, Jakarta – Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengumumkan daftar orang-orang yang diperkirakan akan mengisi posisi dalam kabinet baru. Beberapa kursi, diisi oleh sejumlah putra dan putri sekutu dekat dan menteri yang menjabat.
Hun Sen sedang dalam proses penyerahan kekuasaan kepada putranya, Hun Manet, setelah Partai Rakyat Kamboja atau CPP memenangkan pemilu pada bulan lalu.
Hun Sen telah memerintah Kamboja selama hampir empat dekade. Oposisi utama tidak bisa berpartisipasi dalam pemilu lalu.
Pria berusia 71 tahun itu pada Kamis, 10 Agustus 2023, mencalonkan sekitar 50 orang untuk kabinet putranya. Banyak di antaranya terkait langsung dengan menteri dan pejabat senior dalam pemerintahannya.
Hun Sen tidak merinci posisi apa yang akan mereka pegang. Parlemen yang hanya jadi stempel karet akan menyetujui perdana menteri dan kabinet baru pada 22 Agustus.
Di antara mereka yang diharapkan masuk kabinet baru adalah Cham Nimul, putri menteri perindustrian Cham Prasidh, Sar Sokha, putra menteri dalam negeri Sar Kheng dan Tea Seiha, putra menteri pertahanan Tea Banh.
Sambil melepaskan jabatan perdana menteri, Hun Sen tampaknya akan tetap terlibat dengan pemerintah.
Hun Sen akan menjadi ketua Senat majelis tinggi, yang berarti dia akan menjadi penjabat kepala negara saat raja pergi. Dia akan tetap memimpin partai yang berkuasa.
Dia juga baru-baru ini mengatakan akan mundur dari jabatan perdana menteri jika putranya tidak bekerja dengan baik.
Hun Manet, 45 tahun, tidak banyak bicara tentang visinya untuk Kamboja. Ia menempuh berpendidikan di Barat.
Namun, kamboja di bawah pemerintahan Hun Sen, berkembang menjadi apa yang oleh Bank Dunia disebut sebagai negara berpenghasilan menengah ke bawah. Kritikus menyoroti masalah hak asasi manusia yang memprihatinkan.
Pemerintah Hun Sen telah menolak tuduhan pelanggaran HAM serta korupsi dan nepotisme.
Minggu ini, Hun Sen mengumumkan bahwa Khuon Sodary telah ditunjuk sebagai presiden Majelis Nasional, wanita pertama yang memegang posisi tersebut.
REUTERS
Pilihan Editor: Selandia Baru Tuduh Cina Hingga Iran Melakukan Campur Tangan Asing