TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah dinyatakan berakhir pada Mei 2023, namun virus Corona masih mengintai. Data terbaru dari Departemen Kesehatan negara bagian New York yang dirilis 2 Agustus 2023, menunjukkan bahwa kasus Covid-19 melonjak 55 persen dibandingkan pekan sebelumnya, dengan rata-rata 824 kasus yang dilaporkan per hari di seluruh negara bagian.
Angka rawat inap untuk penyakit Covid-19 meningkat 22 persen dibandingkan minggu sebelumnya, yang berarti lebih dari 100 rawat inap sehari. Sementara itu, varian baru yang dijuluki EG.5, atau eris, telah muncul sebagai jenis yang dominan. Sekitar 17 persen kasus Covid-19 secara nasional didominasi varian Eris, menurut peringatan baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC.
Namun Dr. Ashwin Vasan, komisaris kesehatan NYC, mengatakan, “kabar baiknya adalah kita tidak melihat apa pun dalam virus yang menunjukkan bahwa virus itu semakin menular atau lebih mematikan. Apa ini sebenarnya, hanyalah kekebalan yang memudar. Ini adalah bagian dari hidup dengan COVID dan fluktuasi ini sudah bisa diduga.”
Peningkatan kasus Covid-19 tidak terbatas di New York. CDC mencatat 8.000 rawat inap rumah sakit AS untuk COVID-19 dalam pekan yang berakhir 22 Juli, meningkat 12 persen dari minggu sebelumnya.
Data CDC juga menunjukkan bahwa setiap tahun sejak pandemi dimulai pada 2020, lonjakan kasus musim dingin tahunan, seperti ketika varian omicron menyebabkan lonjakan infeksi pada musim dingin tahun 2021-2022. Peningkatan kasus diikuti oleh peningkatan yang lebih kecil di musim panas pada pertengahan tahun 2020.
“Hal yang paling menakutkan bagi saya adalah, kita tidak tahu dari mana varian (omicron) itu berasal,” kata Bershteyn. Ia menambahkan bahwa varian yang lebih mematikan dapat muncul tanpa peringatan. “Peristiwa itu bisa terjadi kapan saja,” ujarnya. “Pikiran itu membuatku merinding.”
Karena varian baru terus bermunculan, pakar kesehatan khawatir dunia tidak siap dalam menghadapi skenario terburuk. “Hal yang paling menakutkan adalah jika virusnya lebih mematikan,” kata Anna Bershteyn, asisten profesor di Departemen Kesehatan Penduduk di sekolah kedokteran NYU.
“Itu sangat menakutkan,” ujar Bershteyn. “Jika sebuah virus dapat menularkan COVID dan sama mematikannya dengan virus corona MERS,” ujarnya. Ia mengacu pada sindrom pernapasan Timur Tengah, penyakit dengan tingkat kematian lebih dari 30 persen.
Meskipun kasus meningkat dan orang-orang mulai kembali ke kehidupan normal, pengetesan Covid-19 tidak tersedia seperti dulu.
Pada bulan Juni, pemerintah AS berhenti mengirimkan alat tes gratis. "Tanpa pengujian, akan sulit bagi orang untuk mengetahui apakah yang mereka miliki adalah Covid-19," kata Bershteyn.
Komisaris kesehatan New York City dan pakar kesehatan masyarakat lainnya mendorong orang-orang untuk mendapatkan vaksin penguat terbaru. “Akan ada vaksin booster baru pada bulan September atau awal Oktober, sesuai CDC, dan itu akan diperbarui agar sesuai dengan varian saat ini, dan itu akan memberi kami perlindungan memasuki musim dingin dan musim gugur,” kata Vasan.
NEW YORK POST
Pilihan Editor: Gedung Putih Segera Merinci Rencana Batasi Investasi Amerika Serikat di Cina