TEMPO.CO, Jakarta - Rahul Gandhi kembali ke parlemen India pada Senin, 7 Agustus 2023, setelah keputusan Mahkamah Agung, meningkatkan profil partai Kongresnya dan sekutu oposisinya menjelang mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi.
Pemungutan suara itu diperkirakan tidak akan mempengaruhi popularitas Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Modi, yang menikmati mayoritas kuat.
Namun, kembalinya Gandhi, keturunan salah satu dinasti politik paling terkenal di India, ke parlemen diharapkan dapat memperkuat suara aliansi oposisi 26 partai yang baru dibentuk yang dipimpin oleh Kongres.
Anggota parlemen diperkirakan akan berdebat, dan kemudian memberikan suara, tentang kinerja pemerintah dari Selasa hingga Kamis.
Gandhi, yang ayah, nenek, dan kakek buyutnya adalah perdana menteri, dihukum pada Maret dalam kasus yang diajukan oleh anggota parlemen BJP atas komentar 2019 yang dianggap menghina Modi dan orang lain dengan nama yang sama, termasuk anggota parlemen tersebut.
Atas dakwaan itu, Gandhi, 53, kehilangan kursi parlemennya dan dipenjara selama dua tahun tetapi diberikan jaminan.
Mahkamah Agung pekan lalu menangguhkan vonis, memungkinkan Gandhi untuk kembali ke parlemen dan bersaing dalam pemilihan tahun depan.
Pada Senin, Gandhi memasuki gedung parlemen setelah menunjukkan penghormatan kepada patung pemimpin gerakan kemerdekaan Mahatma Gandhi di kompleks tersebut. Dia tidak berbicara kepada wartawan.
Anggota parlemen dari Kongres dan partai oposisi lainnya berkumpul di luar pintu masuk parlemen untuk menyemangati Gandhi dan aliansi baru mereka yang disebut INDIA, atau Aliansi Inklusif Pembangunan Nasional India.
Aliansi tersebut membuat rencana untuk mencalonkan diri melawan BJP dalam pemilihan nasional yang dijadwalkan pada Mei 2024.
Presiden Kongres Mallikarjun Kharge mengatakan keputusan untuk mengembalikan Gandhi "membawa kelegaan bagi rakyat India, dan khususnya Wayanad", daerah pemilihannya di negara bagian selatan Kerala.
BJP mengatakan Mahkamah Agung hanya menangguhkan vonis Gandhi dan tidak membatalkannya.
REUTERS
Pilihan Editor: Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah