TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah militer Myanmar kemungkinan memindahkan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi dari penjara ke tahanan rumah di ibu kota, Naypyitaw, dua media melaporkan pada Rabu, 26 Juli 2023.
Peraih Nobel Perdamaian berusia 78 tahun itu telah ditahan sejak penangkapannya pada awal 2021 ketika militer menggulingkan pemerintah terpilihnya dalam kudeta dan melakukan tindakan keras berdarah terhadap lawan yang telah menyebabkan ribuan orang dipenjara atau dibunuh.
Associated Press mengutip seorang pejabat keamanan tak dikenal yang mengatakan langkah itu merupakan tindakan grasi kepada para tahanan sebagai bagian dari upacara keagamaan yang dijadwalkan minggu depan.
Layanan BBC berbahasa Burma mengutip "sumber yang dekat dengan penjara" yang mengatakan dia mungkin telah dipindahkan ke sebuah rumah yang biasanya digunakan oleh pejabat pemerintah.
Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi laporan atau keberadaan Suu Kyi.
Seorang juru bicara militer Myanmar yang berkuasa tidak segera tersedia untuk dimintai komentar. Pengacara Suu Kyi dan juru bicara Pemerintah Persatuan Nasional bayangan, yang menentang kekuasaan militer, tidak dapat mengonfirmasi laporan tersebut.
"Berita perbaikan kondisinya disambut baik, tapi tidak mengubah statusnya sebagai tahanan hati nurani," kata juru bicara NUG Kyaw Zaw.
Suu Kyi mengajukan banding hukuman yang menambah hingga 33 tahun penahanan setelah dinyatakan bersalah atas pelanggaran mulai dari penghasutan dan kecurangan pemilu hingga korupsi, tuduhan yang dibantahnya.
Banyak pemerintah Barat mengutuk perlakuan junta terhadap Suu Kyi dan lainnya, menyerukan pembebasan mereka.
Bulan ini, Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai mengatakan baru-baru ini dia bertemu dengan Suu Kyi, pejabat asing pertama yang diberikan akses kepadanya sejak dia ditahan lebih dari dua tahun lalu.
Pertemuan itu terjadi ketika kelompok regional Asia Tenggara ASEAN berjuang untuk menyepakati pendekatan tentang bagaimana mengakhiri krisis di sesama anggota Myanmar.
Putri pahlawan kemerdekaan Myanmar pertama kali ditahan di rumah pada 1989 setelah protes besar-besaran terhadap puluhan tahun pemerintahan militer. Pada 1991, dia memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian karena berkampanye untuk demokrasi tetapi baru dibebaskan sepenuhnya dari tahanan rumah pada 2010.
Dia memenangkan pemilu 2015, diadakan sebagai bagian dari reformasi militer tentatif yang dihentikan oleh kudeta 2021.
REUTERS
Pilihan Editor: AS Kirim Drone Mata-mata Black Hornet ke Ukraina untuk Pertama Kali