Menurut Chan, saat Indonesia sudah jauh lebih baik. Sejumlah infrastruktur telah dibangun. Dulu, ketika tol Cipularang yang menghubungkan Jakarta dan Bandung belum ada, ia pernah terjebak macet parah dalam perjalanan menuju ibu kota Jawa Barat itu. “Rekor saya adalah menempuh waktu 16 jam perjalanan dari Jakarta ke Bandung,” katanya. Padahal, ia berangkat dari Jakarta pukul enam pagi karena harus memberi kuliah di Sekolah Komando Angkatan Darat di Bandung.
Bandung, menurut Chan, sudah banyak berubah. “Ketika saya pertama kali pergi ke Bandung, bertahun-tahun yang lalu untuk pelatihan, kami harus mengenakan jaket di pagi hari karena sangat dingin,” katanya. “Sekarang, kota ini cukup hangat dengan penduduk lebih banyak.”
Saat ditemui, Chan mengaku terakhir mengunjungi Indonesia sepekan sebelumnya. Waktu tempuh yang relatif singkat antara Singapura dan Jakarta dengan menggunakan pesawat, sekitar 1 jam 55 menit, membuat dia bisa bolak-balik Singapura-Jakarta-Singapura dalam satu hari. “Anda bisa bangun dan sarapan di Singapura, pergi ke Jakarta untuk rapat dan kembali lagi untuk makan malam. Saya telah melakukan itu beberapa kali,” katanya. “Saya selalu bercanda dengan mengatakan kepada orang-orang bahwa (waktu tempuh) dari Changi ke Cengkareng lebih singkat daripada dari Cengkareng ke Jakarta Pusat.”
Kenal Lama Jusuf Kalla dan Makassar
Menteri Sosial dan Pengembangan Keluarga Masagos Zulkifli menganggap Makassar seperti kampung halamannya. Ia pernah berdinas di sana pada 1990-an saat masih bekerja di SingTel, perusahaan telekomunikasi Singapura—kelak dia menjadi CEO perusaaan tersebut. Di Makassar, ia kenal banyak orang, termasuk Jusuf Kalla, yang kelak menjadi Wakil Presiden RI.
Menteri Sosial dan Pengembangan Keluarga Singapura, Masagos Zulkifli. Dok. Tangkapan layar dari YouTube Kementerian Kesehatan Singapura
Menurut Masagos yang juga menjabat Menteri Muda Kesehatan dan Menteri Urusan Muslim, hingga kini ia masih menyempatkan mengunjungi Makassar. Selain demi masa lalu dan kawan-kawan lama, kata Masagos, “Karena sopir yang sudah seperti keluarga (berasal dari sini.” Terakhir kali ia ke Makassar pada Mei lalu. Pada kesempatan itu juga ia bertemu dengan Wali Kota Makassar Danny Pomanto.
Karena itu, bahasa Indonesianya fasih. Meski demikian, ia mengaku tak selancar dulu. “Sekarang sudah agak karatan,” ujar menteri keturunan Melayu itu.
Bukan hanya karena pengalaman pribadi pada masa lalu, para menteri Singapura juga menganggap Indonesia penting demi masa depan. Menteri Muda Pendidikan dan Luar Negeri Mali Osman menganggap setiap kunjungannya ke Indonesia berguna untuk membangun hubungan yang kuat bagi kedua negara. “Bukan hanya mengunjungi ibu kota, saya berusaha untuk mengunjungi provinsi-provinsi di Indonesia,” katanya pada Rabu, 5 Juli 2023. “Setiap kali saya berkunjung, sangat menyenangkan menerima keramahan Anda yang hangat sehingga saya memiliki banyak sekali teman di Indonesia.”
Menurut Maliki, hubungan Singapura-Indonesia harus diperkuat di semua tingkatan, tak hanya di tingkat politik. Di bidang pendidikan, ia mendorong lebih banyak kolaborasi lembaga pendidikan di Singapura dengan lembaga pendidikan di Indonesia. “Ini membuat kaum muda terhubung satu sama lain,” katanya.
Maliki ingin agar lebih banyak orang Singapura pergi ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengapresiasi budaya dan mencari banyak sahabat baru. “Karena mereka akan menjadi masa depan negara kita,” ujarnya. “Ketika mereka membangun jaringan yang kuat dan hubungan yang mendalam, kita dapat memastikan bahwa hubungan yang langgeng antara Singapura dan Indonesia akan terus bertahan.”