TEMPO.CO, Jakarta - Israel kembali melancarkan serangan pesawat tak berawak atau drone di kota Jenin, Tepi Barat. Serangan pada Senin dinihari ini adalah yang kedua kalinya dalam waktu kurang dari dua pekan. Serangan itu sebagai bagian dari operasi yang memicu baku tembak yang berlangsung hingga pagi hari.
Tiga orang tewas akibat serangan itu. Suara tembakan dan bahan peledak terdengar di seluruh kota beberapa jam setelah serangan dan drone jelas terdengar di atas kepala. Brigade Jenin, sebuah unit yang terdiri dari berbagai kelompok militan yang bermarkas di kamp pengungsi besar di kota itu, mengatakan sedang melawan pasukan Israel.
Setidaknya enam drone terlihat berputar-putar di atas kota dan kamp yang bersebelahan. Area padat ini menampung sekitar 14.000 orang dalam jarak kurang dari setengah kilometer persegi.
"Apa yang terjadi di kamp pengungsi adalah perang sesungguhnya," kata sopir ambulans Palestina, Khaled Alahmad. "Ada serangan dari langit yang menargetkan kamp, kami mengendarai sekitar lima hingga tujuh ambulans dan kembali dengan orang-orang yang terluka."
Kementerian kesehatan Palestina mengkonfirmasi setidaknya tiga orang telah tewas dan 27 terluka di Jenin. Sementara seorang pria lainnya tewas di kota Ramallah setelah ditembak di kepala di sebuah pos pemeriksaan.
Militer Israel mengatakan pasukannya menyerang sebuah bangunan yang berfungsi sebagai pusat komando bagi para pejuang dari Brigade Jenin. Israel menggambarkan serangan itu sebagai upaya kontraterorisme ekstensif di Tepi Barat.
Hingga bulan lalu, militer Israel tidak menggunakan serangan pesawat tak berawak di Tepi Barat sejak 2006. Namun meningkatnya skala kekerasan dan tekanan pada pasukan darat membuat taktik semacam itu dapat berlanjut, menurut seorang juru bicara militer.
"Kami benar-benar tegang," katanya kepada wartawan. "Itu karena skalanya. Dan sekali lagi, dari persepsi kami, ini akan meminimalkan gesekan," katanya. Ia mengatakan serangan itu didasarkan pada intelijen yang tepat.
Kekerasan yang meningkat di Tepi Barat selama 15 bulan terakhir telah menimbulkan kekhawatiran internasional. Israel merebut Tepi Barat, bersama dengan Yerusalem Timur dan Gaza, dalam perang Timur Tengah 1967. Menyusul konflik puluhan tahun, pembicaraan damai yang ditengahi oleh Amerika Serikat telah dibekukan sejak 2014.
REUTERS
Pilihan Editor: UNESCO Terima Kembali Amerika Serikat Setelah Keluar Lima Tahun Silam